Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

4/12/09

Begitukah caramu??

Maafin aku la, maafin karena ku tidak memberimu ruang yang nyaman untuk mu bercerita sekarang, kamu terlalu la, kamu sungguh terlalu, dan semuanya masih berbekas.. akupun belum mampu menghapus dan menganggap kalau tidak terjadi apa-apa antara kita. Dan sekarang kau mencoba mengangkat tema baru di cerita kita la, bukankah yang kemaren saja belum sampai pada kesimpulan la??

Bukankah yang kemaren saja masih tertahan di klimaks yang kita tidak tahu menurunkan alur cerita kita untuk menuju ke kesimpulannya la?? lalu kenapa.. kenapa ketika ku mencoba mencari materi, mengurai kalimat-kalimat yang pantas agar cerita kita enak dicerna, engkau malah memberiku tema yang baru?? begitukah caramu menyusun cerita la..

La, bukannya aku tidak mau perduli atas posisi yang harus kau tempati sekarang, bukannya aku tidak mau mengerti atas peran yang harus kau jalankan sekarang la, tapi la, bukankah kau sendiri yang tidak pernah mendeskripsikan padaku? sepahit dan sesulit apakah peran yang kau harus lakukan la? lalu ketika aku mencoba mencari titik temu dari setiap persoalan yang tengah mewarnai hari-hari kita saat ini? kenapa engkau malah membiarkannya menguap begitu saja...

Tidakkah kau takut la, tidakkah kau takut bahwa timbunan uap-uap itu lambat laun akan menumpuk dan bisa menjadi badai yang akan menghancurkan segalanya la? kenapa la.. kenapa kau tidak mau berdamai dengan realita la. kenapa???

Berapa kali harus kupertanyakan la?? berapa kali harus kita ulang yang itu-itu saja? tidakkah kau jera ditimpa kesedihan untuk hal yang sama??
kini aku mulai jengah menghadapimu la.. aku seperti tidak mengenalimu lagi.

Nala, sekarang malah berbalik, kau malah memposisikan aku seperti akulah sipembuat kehancuran itu. La.. la
Aku benar-benar kehilangan nalaku yang dulu

No comments: