Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

4/30/09

Aku Ingin Sendiri

Biarkan aku sendiri, menikmati derai hujan yang kadang seketika berganti dengan terik matahari. Biarkan aku sendiri menjalani hari-hari dan meresapi setiap makna hidup yang harus aku jalani. Biarkan aku sendiri, karena aku hanya ingin sendiri saat ini.

Benar, aku tidak butuh kamu, pun aku tidak butuh dia, aku tidak butuh sahabat, aku tidak butuh teman dekat aku tidak butuh.. apapun namanya yang pantas untuk menyebutmu, dia, dan siapapun.

Maaf saat ini aku hanya ingin fokus menjalani hari-hariku disini, di pulau kecil ini, mengukir mimpi yang sesaat lagi akan menjadi nyata, semoga.

Sesungguhnya hidupku lengkap sudah, aku punya Tuhan yang selalu setia, mendengar setiap keluh kesah, derai air mata, pinta yang tidak putus-putusnya, kesyukuran, keluhan, penderitaan, DIA pemberi segala solusi untuk semua masalahku, dia pereda amarah ketika aku galau dan dikecewakan, Hanya DIA.. Bukan kamu, bukan dia dan bukan siapapun.

Sesungguhnya hidupku lengkap, karena ada kedua orang tua yang selalu memberiku support, mencurahkan seluruh perhatian dan tetes keringatnya hanya untuk membuatku tersenyum, mengajariku makna hidup yang membuatku tetap bisa berdiri tegak, mengajariku tentang kerendahatian dan hidup bersahaja, mengajarkanku tentang perjuangan hidup yang sesungguhnya..

Sesungguhnya hidupku lengkap, aku punya banyak teman yang selalu membuatku mampu tertawa, punya teman yang selalu membagi ceritanya denganku, sehingga bisa kutarik pelajaran dari pengalaman pahit dan manisnya hidup yang mereka jalani, meski aku tidak melakukan yan sama terhadap mereka...

Maka, biarkanlah,, biarkanlah aku sendiri, tidak perlu datang lagi, jangan usik aku lagi, aku hanya ingin menlajani semuanya tanpamu lagi.. semua kenangan yang berhubungan denganmu terlalu menyakitkan, engkau tidak pantas untuk sebutan apapun dariku, tidak teman, tidak sahabat, tidak pula siapapun, jikapun suatu saat engkau menyaksikanku terjerembab, tepat dihadapanmu, anggaplah kita tidak pernah saling kenal, karena akupun akan memberi anggapan itu terhadapmu.

Read More......

4/21/09

Karena Cinta Sejatiku Telah Menghilang

Maafkan..
Maafku untuk setiap pribadi yang hadir kini, maaf karena aku membiarkan kalian datang dan pergi di kehidupanku.
Maafkan...
Karena kalian hanya bermanfaat sebagai pengobat sepiku buat sementara waktu. Selebihnya galau itupun datang lagi, karena sebenarnya damaiku sudah dibawa pergi.

Kalian hanya bisa sebagai penawar sementara, bukan sebagai penyembuh luka yang mampu memulihkanku dari cacat hati yang telah dibuat oleh mereka yang lebih dulu hadir sebelum kalian..

Maafkan..
Aku hanya ingin berjalan apa adanya, bernafas sebisanya, bersikap biasa saja, tidak menganggap kalian musuh, pun tidak menganggap kalian teman spesial, tidak pula mengusir kalian dari kehidupanku, tidak juga mengundang kalian untuk meramaikan sepiku..

Tampillah apa adanya dihadapanku, akupun akan tampil apa adanya pada kalian, bersikaplah sewajarnya terhadapku, akupun akan memberi penghargaan terbesarku untuk sikap kalian itu. Tidak perlu berpura-pura, karena kepura-puraan hanya akan menimbulkan kelukaan, jangan berbelahkasih, karena aku paling membenci sikap belas kasih dari siapapun juga. Aku cukup mampu mengendalikan dan mengarahkan hidupku kemana, aku tau mana yang terbaik dan yang tidak baik untuk kulakukan. Tidak usah khawatir untuk itu, akan tetapi ijinkan aku berterima kasih untuk perhatian itu.

Ingat,,, setiap orang punya alasan untuk jalan hidup yang ia lakoni, kita hanya perlu menghargai dan mengerti itu, tidak perlu berbelas kasih, sesungguhnya setiap orang hanya perlu dimengerti, bukan dikasihani, dimusuhi dan dikucilkan.....

Akupun demikian, jika kukatakan kalau aku tidak butuh kalian, mungkin aku akan terkesan sombong, akan tetapi bukanlah begitu maksduku. Pointku tidaklah terletak pada kalimat itu. Aku akan mengatakan bahwa aku tidak butuh kalian jika kalian hanya bisa mengata-ngatai tanpa mengerti posisi yang harus kulakoni dan kujalankan saat ini.

Read More......

4/19/09

Maafkan....

August in Memorian...

Bukan salahku jika sekarang aku bersikap demikian terhadapmu, karena aku bukan type yang selalu mampu mengikuti lika-liku yang engkau ciptakan dihadapanku. Bagiku, semuanya bisa dibuat sederhana, jika kamu bisa memandangnya sederhana, akan tetapi engkau telah membuatnya sedemikian sulit hingga jalan itu seakan tidak tersedia bagimu. Padahal aku sudah memberi peluang itu buatmu, sengaja kupersiapkan jauh-jauh hari disela padatnya jadwal perjalanan yang harus aku lakukan saat itu. Sengaja ku luangkan waktu buat kamu, agar segala maksud dan tujuan yang ingin engkau sampaikan mampu kucerna dengan akal sehatku, dan bisa kupertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Agar jikapun Allah menakdirkan kita untuk berjalan beriringan ku hanya ingin itu merupakan hasil pertimbangan yang benar-benar matang. Sebuah keputusan yang tidak diambil dengan tergesa-gesa.

Maafkan aku, saat ini aku benar-benar tidak ingin memikirkannya. Aku sudah mempersiapkan waktu buat kamu, tapi kamu sudah menyia-nyiakannya. Maafkan untuk kesempatan yang tidak mungkin akan kuberi ulang. Saat ini, aku benar-benar hanya ingin fokus pada apa yang sedang aku jalani. Bukan karena kamu siapa, dan bagaimana kondisimu saat ini. Jujur aku tidak pernah melihat latar belakang, dan kondisi fisik seseorang, aku tau kekurangan yang ada padamu saat ini, benar-benar telah meruntuhkan segala nilai kebanggaan yang engkau punya. Namun, aku tidak pernah memikirkan itu, aku pernah benar-benar mempertimbangkanmu tanpa memandang status apa yang engkau sandang. Aku tidak pernah menganggapmu rendah, walau saat ini engkau tidak mampu berjalan sempurna lagi. Yach, peristiwa 5 tahun yang lalu, telah mengakibatkan engkau kehilangan sebelah penyangga tubuhmu untuk bisa berjalan sempurna.

Begitupun, aku masih saja setia menemanimu sebagai sahabat yang siap menghibur setiap saat, siapa sangka jika akhirnya engkau menginginkan untuk lebih daripada itu. padahal dulu, ketika signal itu kuberikan, engkau selalu menanggapinya dengan dingin. Kini ketika, aku sudah menentukan jalanku sendiri, ketika aku belum sembuh benar dari luka yang dicipta oleh seseorang yang selalu keceritakan padamu dulu, tiba-tiba engkau datang dengan maksud lain..

Kaget, itulah ekspresi yang tergambar diraut mukaku ketika mendengar pengakuan itu. Kenapa baru sekarang?? kenapa??
Tapi, buat apa kupertanyakan lagi, toh inilah kenyataan, mau tidak mau, dia datang dihadapan kita saat ini, tapi jauh di lubuk hatiku entah kenapa aku begitu sedih mendengar pernyataan itu, sedih karena aku tidak bisa memberikan porsi yang sama atas apa yang engkau berikan, sedih karena apa yang pernah kita jalani, penuh dengan warna murni, kini harus terkotori oleh keinginan yang seharusnya tidak pernah ada, sedih karena saat ini akupun tidak lagi berada pada keinginan itu, aku benar-benar telah tidak ingin memikirkannya lagi. Namun, yang paling aku sedihkan adalah karena aku tau engkau akan merasa kecewa atas sikapku, tapi lagi-lagi kita harus sadar bahwa kita berhak membuat pilihan atas segala yang kita inginkan dalam hidup kita.

Read More......

4/18/09

Mencinta dan Cinta Sejati

Inikah namanya cinta?? Malam ini aku berdiskusi dengan seseorang yang baru saja ku kenal. Entah dorongan apa yang membuatku ingin mengenalnya, tujuankupun mulai mengabur.. Entahlah..

Mulanya, aku sering mendengar curahan hati seorang teman, yang mengatakan kalau hatinya telah dibawa pergi oleh seseorang yang pernah menjadi si penjaga hati. Hampir setiap saat disela komunikasi kami nama si lelaki tetap saja tersebut dari suara lembutnya.. Kala itu aku selalu mengatakan kalau sudah saatnya ia bahagia dan membuka mata kalau masih banyak keindahan yang bisa ia tatap dari tempat yang berbeda. Namun, tetap saja si lelaki menjadi topik yang paling sering menjadi perbincangan dia denganku. Berdoa, menasehati dia untuk segera melupakan ternyata tidak ada gunanya.

Kala itu aku berfikir kalau ia masih sendiri sepeninggalan si lelaki. Diluar dugaanku dia ternyata punya seseorang yang menyukainya, lelaki itu menyukainya, dan ia menerima si lelaki karena rasa kasihan dan karena hanya ingin mengisi kekosongan hatinya.. sayang sekali, hati yang lain diterimanya, akan tetapi tidak lagi bisa mendapati keutuhan cintanya... Karena setiap saat dia berkata kalau si lelaki tidak boleh berharap banyak padanya..

Satu hari aku pernah berniat untuk mengembalikan si lelaki yang sudah membawa hatinya pergi,. dan aku juga mendengar jawaban si lelaki tidak jauh beda dengan jawabannya.
Aku punya seseorang sekarang, dia menyukaiku dan aku coba untuk terima dia.
Hmmm....
Sekali lagi aku mendesah,, buat apa yang telah terjadi pada kedua sahabat ku tersebut. si lelaki menjalin hubungan dengan seseorang yang tidak ia cintai. pun sahabat menerima cinta seseorang tetapi hatinya tetap saja masih berlabuh di hati cinta terdahulu..

Benarkah sebenar-benarnya cinta itu akan hanya ada sekali dalam sejarah perjalanan kehidupan manusia di muka bumi ini? atau mereka-mereka saja yang membuat dan membawanya terlalu serius hingga harus ada luka dari setiap hubungan cinta yang terlarang dimata agama.

Kali ini aku tidak menilik dari sudut pandang agama, hanya dari sudut pandang awam dan daifku. Secara logika memang, ketika seseorang mencinta maka ia akan mencoba memberikan seluruh kesanggupannya untuk si penerima cinta tersebut, dia akan memberikan seluruh keindahannya, menampakkan senyum termanisnya, berusaha berbicara selembut mungkin, berusaha mengungkap segala perasaan dengan segala hal yang menyenangkan.

Tidak jarang pula, hubungan tersebut diselingi dengan derai air mata, yang bisa bermakna kerinduan, kebahagiaan, kepedulian pada sipencinta atau si penerima cinta.

Namun, cinta yang notabene dilarang oleh agama tersebut, acap kali melukai hati, membuat air mata tumpah dan memberikan bekas yang sangat sulit untuk dihilangkan dari dasar hati. Hingga pada endingnya seseorang yang sudah pernah begitu mencintai tidak akan pernah punya cinta sepenuh hati lagi diperjalanan berikutnya..
Ohhh,, alangkah sayangnya para penerima cinta dari seseorang yang sudah pernah menyerahkan cintanya buat pribadi-pribadi terdahulu..

Dengan logika si daif ini, ada kesimpulan yang terbesit difikiran bahwa, mungkin itulah salah satu alasan kenapa Allah melarang terjalinnya hubungan cinta sebelum kedua insan manusia diikat dengan tali pernikahan,, karena ikrar dalam pernikahan tentu tidak akan segampang mengingkari ikrar percintaan.

Maka dari itu, berbahagialah bagi siapa saja yang belum pernah memberi ataupun menerima cinta semu.. sehingga cacat hati tidak akan pernah anda derita di hidup anda, dan keutuhan hati hanya akan menjadi milik seseorang yang dikirimkan oleh Allah buat mengiringi hidup anda dunia akhirat.

Cinta sejati adalah cinta Allah pada hambanya, Cinta Rasul pada umatnya, Cinta orang tua pada anaknya, hanya itulah cinta yang tidak akan pernah teringkari sepanjang perjalanan hidup umat manusia. Karenanya.. Nikmatilah cinta sejati itu, itulah sebenar-benarnya cinta yang membuat hati utuh buat selamanya.. Semoga

Read More......

4/14/09

Dialog Dengan Tuhan I

Tuhan, dulu aku selalu bersyukur ketika Engkau memberi coba, dulu aku selalu bersyukur ketika Engkau menghadapkanku pada persoalan yang membuat langkahku sedikit terhambat. Dulu aku selalu bersyukur ketika aku Engkau memberi aku kesulitan. Karena Tuhan, aku selalu menjadikan coba itu sebagai motivasi buatku dan mencoba menbuktikan kalau aku akan selalu kuat dengan coba itu. Karena itu menjadi pemotvasi yang membuat aku semakin bersemangat. Namun kini Tuhan, entahkah karena semuanya terlalu berat Tuhan, sehingga kerikil kali ini, yang telah membuatku tersandung tidak hanya membuat langkahku sedikit tertatih dan tampak pincang, namun Tuhan semuanya seakan menghentikan jalan yang harus aku tempuh untuk segera sampai ditujuanku.

Tuhan, sepertinya hanya ada satu tikungan lagi untuk ku kemudian sampai di pemberhentian berikutnya. Sepertinya hanya perlu sedikit lebih konsentrasi dari sebelumnya agar kali ini aku sampai dengan selamat dan bisa segera istirahat ketika sampai di pemberhentian berikutnya itu Tuhan, Namun Tuhan, apakah ini akibat dari ketidakhatihatianku, sepertinya hingga di aku harus terperangkap dalam diam dan bingungku, dan aku tidak lagi Tahu bagaimana mengendarai waktu yang telah Engkau anugrahkan ini Tuhan.

Tuhan, aku terperangkap dalam ketidakberdayaan terhadap coba dan ujiMu kali ini. Tuhan, semoga aku selalu Kau kuatkan, Kau tuntun dan Kau arahkan Tuhan, sehingga aku masih mampu bangkit dari lemahku kali ini.. Amin

Read More......

4/13/09

Kembali ke Dunia Nyata

Pagi ini Miaoli hujan, tadi malam, perlahan terasa suhu berubah menjadi semakin hangat. Itu artinya sisa-sisa musim dingin sudah beranjak berlalu meninggalkan posisinya. Meski pergantian musim terjadi beberapa minggu yang lalu, kala kusaksikan bunga-bunga mulai bermekaran, namun entah kenapa suhu belum juga beranjak naik, baru tadi malam aku benar-benar merasakan kehangatan dan tidak lagi menggigil kala harus duduk di depan meja kerjaku untuk melanjutkan aktifitas sebagaimana biasanya.

Hidup di negeri ini, tidak banyak hal yang bisa kulakukan, setiap hari rutinitasku tidak pernah berubah, ibadah, belajar, meeting, lanjutin riset, tidur, makan dan keluar dihari libur. Ohh hidup terasa sangat tawar dan tanpa warna, seluruh komunikasi eksternal didominasi oleh tulisan yang dikeluarkan lewat media instant messenger,
email maupun SNSs. Selebihnya yang paling banyak kulakukan adalah mencoba melakukan komunikasi via telephone. Tidak banyak komunikasi yang dilkukan secara langsung, kecuali hanya terhadap orang-orang tertentu saja yang jumlahnya terbatas.

Duch Tuhan,,, aku mulai bosan menjalani hidup seperti ini, aku ingin kembali Tuhan, kembali kedunia nyata, kala aku berinteraksi dengan banyak orang mencoba berbagi dan bercengkrama, terasa itulah kepuasan dan kebahagiaan sesungguhnya.

Di sini Tuhan, aku seperti berada di tempat pembuangan, terpenjara oleh mimpi yang aku pilih sendiri, terkurung oleh imajinasi yang sering membuat aku meronta dan tidak mampu melakukan apa-apa. Terlena oleh setumpuk pekerjaan yang membuatku lelah namun terkadang tidak ada hasil yang aku dapatkan. Berhari-hari hanya kuhabiskan untuk eksplorasi di dunia maya sekedar mencari sesuatu yang terkadang tidak pasti, lalu semuanyapun terkadang harus digantikan lagi dengan yang lain, mencari dan mencari lagi..

Aku bosan Tuhan, aku bosan berada di dunia ini, kala ku berpaling menatap jendela ruang kerjaku kusaksikan hujan mulai membasahi rerumputan di halaman dormitory, kala itu pula ingatanku mulai lagi menerawang mengingat setiap langkah yang kulalui di tanah kelahiran tercinta. Sesaat pula ingatanku mulai membayangkan setiap bait kalimat yang pernah kulakukan dengan seseoarang yang kini hanya akan menjadi bagian dari mimpi buruk dan penghambat perjalananku Tuhan…

Tuhan, lewat derai hujan pagi ini, tolong sampaikan Tuhan kalau aku sudah memaafkan segala khilaf dan kebodohan yang terlanjur ia lakukan terhadapku. Tuhan lewat desir angin yang mengiringi hujan pagi ini sampaikan juga kerinduan yang tak terhingga untuk mereka yang begitu berarti dalam hidupku. Semoga jalan ini masih bisa kulanjutkan karena alasan itu Tuhan.. dan semoga aku masih bisa berjalan dibawah ridha dan ampunanMu. Amin

Read More......

4/12/09

Begitukah caramu??

Maafin aku la, maafin karena ku tidak memberimu ruang yang nyaman untuk mu bercerita sekarang, kamu terlalu la, kamu sungguh terlalu, dan semuanya masih berbekas.. akupun belum mampu menghapus dan menganggap kalau tidak terjadi apa-apa antara kita. Dan sekarang kau mencoba mengangkat tema baru di cerita kita la, bukankah yang kemaren saja belum sampai pada kesimpulan la??

Bukankah yang kemaren saja masih tertahan di klimaks yang kita tidak tahu menurunkan alur cerita kita untuk menuju ke kesimpulannya la?? lalu kenapa.. kenapa ketika ku mencoba mencari materi, mengurai kalimat-kalimat yang pantas agar cerita kita enak dicerna, engkau malah memberiku tema yang baru?? begitukah caramu menyusun cerita la..

La, bukannya aku tidak mau perduli atas posisi yang harus kau tempati sekarang, bukannya aku tidak mau mengerti atas peran yang harus kau jalankan sekarang la, tapi la, bukankah kau sendiri yang tidak pernah mendeskripsikan padaku? sepahit dan sesulit apakah peran yang kau harus lakukan la? lalu ketika aku mencoba mencari titik temu dari setiap persoalan yang tengah mewarnai hari-hari kita saat ini? kenapa engkau malah membiarkannya menguap begitu saja...

Tidakkah kau takut la, tidakkah kau takut bahwa timbunan uap-uap itu lambat laun akan menumpuk dan bisa menjadi badai yang akan menghancurkan segalanya la? kenapa la.. kenapa kau tidak mau berdamai dengan realita la. kenapa???

Berapa kali harus kupertanyakan la?? berapa kali harus kita ulang yang itu-itu saja? tidakkah kau jera ditimpa kesedihan untuk hal yang sama??
kini aku mulai jengah menghadapimu la.. aku seperti tidak mengenalimu lagi.

Nala, sekarang malah berbalik, kau malah memposisikan aku seperti akulah sipembuat kehancuran itu. La.. la
Aku benar-benar kehilangan nalaku yang dulu

Read More......

4/8/09

Biarkan saja...

Kenapa takut?? Kenapa takut untuk jujur apa adanya.. kenapa takut untuk menampakkan siapa kita sebenarnya? Segitu tidak bersahabatnya kah aku akan akan kebenaran dimatamu? Begitu tampak tidak realistis kah aku dibenakmu? Kenapa kau salah menilaiku.. kenapa??

Sekarang, semuanya terlanjur terlakukan kan?? Kau terlanjur membuatku luka untuk sikap yang kau anggap benar itu? Aku tidak menyalahkanmu atas semua itu, sama sekali tidak. Hanya segudang penyesalan yang menghantui tidur malamku saat ini, mungkin aku bukanlah sosok yang ramah dengan setiap kalimat yang kau ucapkan, mungkin aku bukan orang yang pantas untuk tempatmu bicara apa adanya. Kamu tahu?? Begitu banyak tanda tanya bermunculan di benakku saat ini, apa salahku, apa yang telah membuatmu enggan berterus terang tentang pilihan jalan yang membahagiakan buatmu.

Malam ini, kucoba pandangi awan yang berarak di langit sana, tampak gumpalan-gumpalannya yang mencoba menghalangi bulan untuk memberikan sinarnya pada bumi. Kucoba renungkan kembali setiap ucap kata yang sering kita lakukan kala malam menjelang. Ku coba mereka-reka kembali sikap dan laku apa yang membuatmu menilai aku segitu tidak terimanya akan apa yang engkau jalani..

Belumpun kutemukan jawabannya tiba-tiba awan-awan itu mulai memenuhi langit dan menutupi sinar rembulan yang membuat malam terasa makin kelam. Digulita malam itu, kudongakkan kepala di sudut tangga tempat ku biasa berdiri, jika ku ingin bercakap-cakap denganmu. Jauh dibelahan bumi yang lain, ku dengar gelak tawa dan ucap canda yang kerap membuatku tergelak juga dan mencoba menimpali setiap candamu itu.

Tidak jarang juga kudengar nada suaramu yang melemah dan tampak sedang berduka, galau, dan kecewa terhadap sesuatu, dan disaat itulah terkadang aku berbisik pada angin malam dan memohon padanya tuk menyampaikan bisikanku padamu bahwa, kapan saja engkau membutuhkan aku, maka aku akan berada disana secepat mentari terbit esok pagi. Begitulah la, Aku tampil apa adanya untukmu, itu bukan hanya untukmu la, tapi juga buat mereka yang sama berartinya untukku, seperti kamu juga yang begitu berarti untukku. Lalu kenapa la?? Kenapa engkau selalu beranggapan aku berlebihan.. pertanyaan itu kerap menjadi perdebatan antara kita la..

Kini terjawablah sudah, makna dari ungkapan-ungkapanmu itu, seiring dengan awan hitam yang berarak menghalangi bulan, kutemukan jawaban dari bingungku, dari raguku, dari ketidakmengertianku, bahwa ternyata ungkapanmu itu bermakna lain yang begitu sulit kufahami dan kuterima dengan akal sehatku. Kenapa la?? Kenapa? Apa yang salah denganku la.. kenapa engkau melakukan itu? Kenapa engkau membuatku tersandung di jalan lurus kita? Kenapa engkau menyodorkan kepahitan ketika aku dihadapkan pada beban hidup yang begitu sulit kuhadapi sendiri di pulau kecil ini?

Ketika tubuh lemahku rentan terhadap angin senja, kau malah menciptakan badai dan meluluhlantakkan segala asaku la.. ketika aku mencoba mengumpulkan dan merekat kepingan-kepingan hati yang dulu telah dihancurkan la, kucoba menyiraminya dengan tekun la, dengan tetes embun pagi hari dan dengan cucuran air mata yang tidak lagi segan mengalir kapan saja la.. kala tunas itu mulai tumbuh la, engkau malah menghadirkan cairan panas yang membuatnya layu tak berdaya.

Tapi ya sudahlah la, semuanya sudahpun berlaku dihadapan kita, kalaupun kita harus berteriak pada langit biar mereka semua tau tentang derita yang kau sodorkan dihadapanku, tetap saja itu tidak akan merubah apapun, luka tetaplah luka, kini ku hanya perlu penawarnya dan kan kucoba sembuhkan sendiri la.. jikapun ia tidak lagi bisa sempurna, biarlah saja la.. aku ikhlas untuk semua cacat hati yang engkau ciptakan…

Biarlah la.. biarlah kutapaki sendiri dan kusembuhkan luka di pulau kecil ini. La aku tidak akan kembali, seperti apa yang pernah aku katakan padamu dipenghujung musim beberapa waktu lalu, karena aku belum siap menatap wajah lembut dan sorot mata sayumu yang dulu sering mengganggu tidur malamku. Aku belum siap berjalan disetiap gunung dan lembah indah yang kerap kita datangi kala bahagia menjadi warna hari-hari kita. Aku takut terisak la, aku takut terisak dihadapanmu dan tak mampu mengucap salam untukmu, aku belum siap menjabat erat tanganmu dan memberi seulas senyum buat meyakinkanmu kalau aku baik-baik saja.. biarlah la.. biarlah waktu yang menemaniku menyembuhkan gurat luka yang terlanjur ada itu.. biarlah la.. aku menyepi disini, merenugi setiap khilaf yang pernah kuperbuat terhadapmu… biarlah la.. biarkan saja awan malam ini membuat langit itu gelap, segelap ingatanku tentang kamu…

Read More......

4/7/09

Dialog Dengan Tuhan

Begitu lemah kah sudah aku Tuhan??? Begitu tak berartinyakah semua yang telah kurancang selama betahun-tahun?? Begitukah caraku menyikapi hidup Tuhan?? Begitukah caraku menyelesaikan masalah?? Begitukah caraku mengungkapkan kekecewaaan? Begitukah caraku menggambarkan kesedihan, begitukah caraku menapaki rentang waktu yang masih Engkau sisakan?? Kenapa Tuhan, kenapa aku begitu tidak pantas dikagumi saat ini, betapa aku tidak cocok untuk dibanggakan, diharapkan bahkan dikenang oleh mereka-mereka yang telah mengajari aku tentang makna hidup yang sebenarnya.

Tuhan, aku kecewa, iya benar Tuhan aku begitu kecewa dengan semuanya, dengan sikap dan perilakunya, dengan kilah kata yang telah membuatku percaya padanya. Dengan gambaran tulus yang aku kira adalah sebenar-benarnya ketulusan. Dengan senyum lembut dan tatap manja yang aku kira adalah bias dari cinta, dengan sikap dan tindak yang terkadang membingungkan namun tidak menyisakan segudang keraguan.

Ah.. sekian waktu kulalui dalam jarak yang kian kentara ketika bentang jalan itupun terasa sampai dipenghujungnya kini. Tuhan, badai itu datang,

Tuhan betapa sulitku menerima kenyataan ini, Namun Tuhan hamba percaya kalau setiap ketentuan adalah bagian dari kuasaMU. Bahwa apapun yang berlaku saat ini terhadapku adalah sesuatu yang telah Engkau gariskan terjadi terhadapku, hambaMu. Tapi Tuhan, jika boleh hamba memohon, tolong kuatkan hamba ya Tuhan, bukakan mata hamba ya Tuhan, bukakan hati hamba untuk memberi sebenar-benarnya maaf. Bukankah Engkau saja pemaaf, lalu kenapa aku hambamu yang kecil ini tidak bisa Engkau karunikan sifat pemaaf Tuhan??

Tuhan, inikah sakit yang sebenarnya?? Ini kah kecewa yang sebenarnya?? Inikah kelemahan yang sebenarnya?? Inikah ketidakberdayaan yang sebenarnya?? Bukankah Engkau menciptakanku sempurna Tuhan?? Bukankah Engkau telah membekali aku dengan akal fikir dan hati yang suci Tuhan, bukankah aku salah seorang hambaMu yang tidak pernah lelah untuk menghadapi uji dan cobaMu?? Lalu kenapa hari ini aku seperti tidak siap menerima coba itu Tuhan??

Tuhan, lagi-lagi hamba merasa coba ini datang pada saat yang tidak tepat?? Namun, aku percaya Tuhan kalau Engkau maha tahu dan Engkau lebih tahu kalau aku kuat tuk hadapinya Tuhan..

Tuhan jika boleh hamba berharap, hamba mohon ya Tuhan berilah hamba kekuatan dan kejernihan hati untuk hadapinya. Dan semoga Engkau kembalikan segala fikir positif hamba atas mereka yang telah membuatku tertatih dan hampir berhenti untuk melangkah Tuhan..

Tuhan, Aku telah memaafkannya, jauh sebelum dialog ini kusampaikan kepadaMu, hanya saja aku merasa belum cukup ikhlas untuk memberi sebenar-benarnya maaf Tuhan, karenanya, hamba mohon ampun Tuhan untuk semua khilaf dan ketidakberdayaan hamba…

Read More......

4/6/09

Hilang

Ungkap Ragu di January 30, 2009 lalu

Ada yang hilang, namun entah apa. Aku juga tidak bisa memastikan itu apa. Ada yang dipaksakan sepertinya, dipaksakan untuk dinikmati, dipaksakan untuk dijalani. Benarkah? Entahlah.


Perjalanan inipun serasa seperti perjalanan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan, seperti sesuatu yang hanya akan menjadi masa lalu dikemudian hari, ini tidak akan pernah terulang semuanya akan terlewat dan usang tanpa bekas dan hanya akan menyisakan seulas senyum yang sulit untuk diketahui maknanya apa. Di sisi lain, semuanya terlihat begitu biasa, perbedaan itupun semakin tampak dan sulit untuk diterima antara kita, aku beda, demikian juga dia, dia begitu beda dan sulit kupercaya kalau ini adalah wajah yang sebenarnya. Entahlah, mungkin ada baiknya jika ku memilih untuk tidak berfikir terlalu banyak. Akan lebih baik jika ku coba kujalani apa adanya, tapi benarkah tindakan yang sedang ku ambil saat ini??

Paling tidak ini pernah menjadi mimpi dalam tidur yang panjang, pernah menjadi pengharapan yang tertunda berbulan-bulan lamanya, namun kenapa begitu mimpi ini nyata, aku tidak menikmatinya sama sekali? Mungkin inilah yang dikatakan oleh Tuhan "sesuatu yang kita anggap membahagiakan belum tentu realitanya akan demikian, sebaliknya sesuatu yang kita anggap akan menjadi beban yang sulit kita bawa, justru akan menjadi rahmat yang tak ternilai harganya".

Di sisi lain, sikap yang begitu biasa sulit kuterjemahkan ini bermakna apa, sepertinya begitu banyak yang disembunyikan dan aku tidak perlu tahu apa itu, aku selalu terombang ambing dalam keragu-raguan akan apa yang ia rasakan padaku, namun aku juga tidak tahu apa itu penting bagiku atau tidak? Mungkin ia sulit menerima realita yang sedang berlaku saat ini, ia tidak bisa menerima begitu saja kalau kenyataan yang sedang dihadapinya saat ini adalah seperti ini, entahlah..

Read More......