Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

3/31/09

Nasihat untuk Hati

Dia Ada kadang juga tiada
Dia datang kadang juga pergi
Anehnya,, Dia datang ketika ku berharap dia tidak akan pernah datang lagi
dan, Dia pergi ketika ku berharap dia muncul dihadapanku

Inikah namanya coba??
Kala hati kita selalu diuji oleh satu kata yang disebut "gundah"?
Agar kita bisa berdamai dengan rasa
Yang muncul sesuka hatinya

Inikah namanya rasa??
Ia menuntut untuk selalu diperdulikan
Muncul disaat kita tidak butuhkannya
dan pergi disaat kita begitu merindunya

Dan dalam situasi ini,
Hanya ada satu jalan yang mampu membuat kita berdiri tegak
disegala kondisi yang kerap datang silih berganti
yaitu mencoba menghitung setiap detak denyut nadi yang merupakan karunia yang harus
termanfaatkan secara sempurna untuk berbuat kebajikan

paling tidak kita mampu mengisi rentang waktu dengan segala laku yang bermakna
agar ia tidak terhabiskan dengan sia-sia
Meski kita tidak bisa berbuat untuk mereka
paling tidak kita masih bisa memanfaatkannya untuk proses perbaikan diri
ke arah yang lebih baik lagi
semoga
............

Read More......

3/30/09

Sisa-sisa Kebersamaan

Banyak hal yang membuatku bingung sekarang, perjalan ini seakan akan segera berakhir. Kita sudah mencoba menyelamatkannya dengan susah payah la, namun sepertinya kata yang terlanjur menoreh lara sepertinya terlalu mendalam hingga takkan pernah tersembuhkan. Sikap yang terlanjur menuai dusta, sepertinya tidak akan pernah terhapuskan, duka yang terlanjur bersemayam dihari-hari kita beberapa minggu terakhir sepertinya masih enggan untuk pergi dan berganti dengan harapan bahwa keadaan ini akan segera berubah.

Sepertinya tidak la.. itu semua tidak akan pernah berubah,

akupun demikian adanya, kepercayaan yang terlanjur terkhianati sepertinya tidak akan pernah kembali dan pulih seperti semula. La.. Jikapun semuanya harus tenggelam, biarlah ia tenggelam secara berlahan.

Jikapun perjalanan ini akan hilang seiring berjalannya waktu, semua sudah kuikhlaskan la.. karena sepertinya tidak ada gunanya kita selamatkan semuanya. biarkan saja la.. biarkan waktu yang menjawab segalanya,, dan biarlah hanya hati kita yang tau sebanyak dan sebesar apa kita mencinta satu sama lain.

Jikapun itu semua diungkapkan sepertinya hanya seperti hembusan angin yang menyejukkan sesaat, namun tidak lagi berbekas dan tinggal didasar hati yang mampu menggetarkan sanubari kita, hingga kesyukuran terpanjatkan kehadiratNya bahwa betapa kau menyanyangi aku dan betapa banyak pula aku menyayangi kamu.

Sudahlah la.. Biarkan cerita itu menjadi dongeng senja sebagai bertanda akan datangnya malam, biarlah semua tentang kita menjadi sebuah rangkaian kenangan yang mengharubirukan setiap telinga yang mendengarnya nanti, ketika hari sudah berganti, dan ketika tenggorokkan ini tidak lagi terasa sakit mengingat setiap bait kalimat yang membuat komunikasi kita kian erat dulu…

La, Aku memang benar-benar mendapatimu beda, beda seperti Nala yang kukenal dipenghujung 2 tahun silam. Nala yang tampil apa adanya, Nala yang telah datang sebagai pengisi hari kala aku butuh seseorang untuk menemani.

La, mungkin perjalanan ini akan kupanggil sebagai sisa-sisa kebersamaan, kebersamaan yang kita paksakan untuk kita jalani, kita sudah saling melukai, walau kita sudah saling memaafkan, namun sepertinya kita belum cukup ikhlas menerima segala khilaf yang kita perbuat itu. Aku belum cukup ikhlas memberimu kepercayaan atas hari yang kau jalani, pun kamu tidak cukup ikhlas menjalani kebersamaan kita lagi.

La, itu semua terbaca dari setiap kalimat yang kau kirimkan untukku. Tampak semuanya seperti dipaksakan semuanya la, membalas dengan terpaksa, menjawab dan menanyakan keadaanku dengan terpaksa. Tidak ada lagi kesan kehangatan disana la..

La, katakan!! Siapa yang telah memaksamu untuk melakukan semua ini, la bukankah berulang kali ku katakan padamu la,, tinggalkan saja aku sendiri.. pilihlah langkah yang kamu rasa akan berakhir dengan indah, lihatlah langit-langit kala dipenuhi bintang kala kau berjalan bersamanya, dan ingatlah hari-hari yang kau habiskan denganku, aku hanya bisa membuat matamu basah, aku hanya bisa membuatmu merasa bersalah, aku bukan siapa-siapa la, aku terlalu biasa buat orang seperti kamu la, aku terlalu lemah buat menjadi pelindung di kala kau membutuhkan pelindung, aku hanyalah si pencipta luka yang tidak akan berarti apa-apa, aku hanyalah si manja yang akan membuatmu jengah menghadapi kebersamaan kita, aku hanyalah manusia penuh masalah yang tidak akan pernah mampu menjadi pendengar setiamu kala kau membutuhkan itu, aku hanyalah si mentari redup yang ditutupi kabut, si bulan yang hadir di musim hujan, si bunga yang tumbuh di musim kering kerontang, aku hanya bisa menyempurnakan warna gelap yang menghiasi hari-harimu.

Karenanya, biarkan semuanya berlalu la.. kalaupun kita tidak mampu membuatnya berlalu dalam waktu singkat, biarkan hati kita setiap saat dibasahi dinginnya sikap, sehingga bila tiba waktunya semuanya akan jadi beku la.. biarkan saja la beku seperti sediakala, kala aku belum menemukanmu..

Thanks ya la untuk kehangatan sesaatnya…

From 53M30N3 to 53M30N3

Read More......

3/26/09

Jawab atas Penantian

Sudahlah apapun jawabanmu itu sudah tidak penting lagi sekarang, jikapun itu jawaban yang membahagiakan, sama saja itu sudah tidak berarti bagiku. Jikapun itu jawaban yang mengecewakan, akupun sudah tidak perduli lagi. Toh, semua sama saja, engkau telah membuatku bosan dan kelelahan dipenantian panjang ini.

Sudahlah aku kira waktu yang aku berikan sejak penghujung senja tanggal 26 bulan lalu itu cukup untuk kamu menentukan segalanya, harusnya waktu yang hampir 1 bulan itu cukup untukmu menentukan arah dari perjalanan kita, waktu yang relative panjang itu cukup untuk kamu menentukan pilihan mana yang terbaik untuk kamu ataupun untuk kita. Tapi apa?? Nyatanya engkau membiarkan aku terombang ambing seperti kapal yang kehilangan nakhodanya.

Sudahlah apapun alasanmu, tetap saja itu tidak berarti lagi, aku benar-benar lelah, aku benar-benar kehilangan telah ditinggalkan oleh waktu yang begitu jauh. Kamu tau?? Aku menghabiskan waktu begitu banyak hanya untuk menunggu semua ini, aku habiskan begitu banyak tenaga buat menerima kenyataan terpahit yang akan keluar dari bibir manismu, ku siapkan seribu kemungkinan untuk membuatku tetap tegar jikapun engkau bermaksud membuatku terluka lebih dalam dan terpuruk lagi. Tapi apa, kau hanya diam tak bergeming.

Kini semuanya sudah tidak penting buatku, kini semuanya biarkan saja tenggelam, biakan saja semua diterbangkan oleh badai yang datang beserta halilintar dipermulaan malam, biarlah gemuruh angin malam ini mampu membuat semuanya terkoyak, terhempas, seperti apa yang telah engkau perbuat terhadapku, biarlah semuanya hilang bersama pekat yang membuat hati semakin tersayat ketika mengingat semua nada bicara yang manis dan penuh manja namun semuanya hanya ketulusan yang dibalut dengan kepalsuan.

Sudahlah, biarkan angin malam ini menjelang tanpa tatap kagum kita kala menyaksikan bergantinya hari menjadi malam, biarkan mentari beranjak meninggalkan senja dan malam pekat menjelang tanpa kehadiran sang rembulan lagi, biarkan aku tetap duduk di tempat ini, mengubur segala asa dan kenangan yang terlanjur terukir di perjalanan kita. Biarkan aku hilang bersama pekat dan hembusan angin malam yang membuat tubuh mungilmu bergetar kedinginan.

Sudahlah, kini tidak ada yang tersisa, bawalah semua yang telah kutitip dihatimu, jikapun kau tidak menginginkannya, terbangkan ia dan buang ditempat yang engkau suka atau biarkan ia pergi terombang ambing tanpa harus tau arah perjalanannya kemana..

Selamat berbahagia untuk engkau sang pembuat luka, selamat menempuh perjalananmu di dunia selanjutnya, apapun yang telah kau perbuat terhadap bahagia kita, mimpi kita, tawa kita, kebersamaan kita, kan ku anggap itu semua sebagai mimpi buruk di kala tidur malamku.

Kini akupun harus beranjak dan berlalu dari kepenatan ini, kini akupun harus menelan kepahitan yang kau sodorkan dengan paksa dihadapanku, karena kalaupun aku telah membiarkanmu merusak dan melukai hatiku, namun ketahuilah, aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk merusak mimpiku, aku tidak akan pernah membiarkanmu membuyarkan segala kebanggaan atas hari-hari yang telah dan akan kulalui diperjalanan sebelum kau ada dan berikutnya.

Selamat tinggal sang pecipta luka hati!!

Read More......

3/22/09

Catatan Perjalanan di Winter Break (Bagian I)

19 Januari 2009
Perjalanan ini bermula pada tanggal 19 Januari 2009 yang lalu, setelah menghadapi final exam yang sedikit melelahkan fikiran dan fisik, yang pada akhirnya Alhamdulillah semester ini dapat kulewatkan dengan baik. Meski masih ada beberapa tindakan yang perlu dievaluasi di kemudian hari.

Kala itu pukul 4 pagi, bertolak dari kampus menuju bandara di kota Dao Yuan yang harus ditempuh selama kurun waktu 1 setengah jam perjalanan. Diantar oleh mobil yang disediakan kampus, bersama salah seorang teman yang juga akan bertolak menuju kampung halamannya di Malaysia. Ketika itu, kondisi fisik yang sedikit lelah (namun aku rasa cukup fit untuk melakukan perjalanan jauh) karena pada hari sebelumnya kuhabiskan untuk berjalan-jalan di kota Taipei, berkunjung ke Underground Mall, Eslitte Book Store, Taipei 101, dan terakhir ke Taipei Night Market, pulang dan tiba di rumah sudah pukul 11 malam. Dilanjutkan dengan persiapan pulang yang memakan waktu beberapa jam, dan hingga akhirnya bertolak kebandara.

tepat pukul 7 pagi, alhamdulillah aku mobil yang mengantar kami tiba di bandara Tao Yuan, akupun memutuskan untuk segera mengambil boarding pass dan langsung check in, di hati timbul sedikit kekhawatiran, karena baru kali ini aku melakukan perjalanan jauh sendiri, perjalanan-perjalanan sebelumnya selalu ada teman yang setia mendampingi. Namun liburan kali ini, ia memutuskan untuk tetap tinggal di Taiwan, dan tidak mau kembali ke tanah air.

Tiba di ruang tunggu, kegundahanku berangsur-angsur menghilang, karena ternyata aku tidak sendiri begitu banyak TKI yang akan berpulang ke tanah air, dan mereka mengajakku komunikasi sepanjang waktu penantian kami di ruang tunggu itu. Mendengar cerita-cerita mereka, segala rasa berkecamuk di ruang fikirku, ternyata mereka-mereka ini adalah perempuan-perempuan tangguh, yang menjalani kepahitan hidup di negeri orang, namun tetap semangat, bersyukur dan bahagia atas segala ketentuan Allah yang sudah digariskan di tangan mereka. Ya Allah, terima kasih atas nikmat dan karuniaMU atas hambaMU ini, ternyata aku masih lebih beruntung dibandingkan mereka, akan tetapi begitu kecil nilai kesyukuran yang kupanjatkan atasMU ya Allah.

Tepat pukul 9 pagi, pesawat yang aku tumpangi bertolak menuju Jakarta, dan Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar dan pesawatpun landing di bandara Soekarno Hatta tepat pukul 13.30 siang wib. Disana aku telah ditunggu oleh adik tercinta yang bersedia menemaniku selama beberapa jam hingga akupun harus melanjutkan perjalanan menuju Medan pada pukul 16.30. sewaktu di ruang tunggu sempat bertemu dengan salah seorang ikhwah yang baru saja selesai pelatihan di Jakarta. Beliau salah seorang senior di organisasi keislaman yang bergerak untuk menghidupkan kegiatan keagamaan di kalaman ibu-ibu di desa-desa.. (hmm salut buat beliau).

Tepat pukul 20.30 aku tiba di Polonia Medan dan segera menghubungi stasiun bus yang menuju kampung halaman tercinta. Namun sayang sekali, aku terlambat beberapa menit, ternyata bus udah berangkat semua, dan mau tidak mau malam itu aku harus bermalam di medan. Akhirnya kuputuskan untuk menginap di Hotel daripada harus bermalam di rumah sanak family, karena aku tidak mengabari mereka kalau aku akan pulang, jadi gak enak aja kalau tiba-tiba nongol di depan pintu rumah mereka.

Bermalam di hotel, terasa sendiri, apalagi kerinduan akan orang-orang terdekat mulai mencapai klimaksnya, akhirnya kuputuskan untuk berkomunikasi via handphone dengan orang-orang terdekat, tepat pukul 01.00 dini hari akupun terlelap dan terbangun ketika waktu subuh menjelang.


20 Januari 2009
Selamat pagi medan, akhirnya aku tiba lagi disini, ucapku menatap jauh dari jendela hotel dan memandang jauh disana, hamparan gedung-gedung yang tidak jauh beda dari 7 tahun yang lalu, ketika itu aku begitu menyukai kota ini, dan begitu merindukannya ketika aku berada di tempat lain. Namun kali ini, kesan itu lambat laun hilang, dan semuanya terkesan biasa saja, akupun mulai merasa bosan berada di kota metropolitan, aku lebih menyukai tempat yang tenang, dan jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Setelah beberapa saat memandang ke hamparan gedung-gedung yang bisa kusaksikan dari jendela hotel yang kutempati, mengenang saat-saat ku masih berada di kota ini 7 tahun yang lalu, berjalan sendiri menyusuri trotoar di sore hari, bermimpi kalau aku juga bisa sama seperti mereka, berkuliah di universitas terkemuka di kota ini, berjuang menentukan nasib kelanjutan pendidikanku waktu itu. Hingga akhirnya Allah memberiku tempat yang berbeda, dan aku bersyukur kala itu, meski di awal-awal terasa begitu sulit untuk dijalani, karena mimpi tergantikan dengan yang lain. However, ku tetap berucap syukur atas segala ketentuanNYA.

Pukul 9 pagi setelah sarapan di hotel, duduk sesaat membuat planning apa yang harus aku lakukan untuk menunggu waktu kepulangan pada sore harinya (bus menuju ke kota kecil, kota kelahiranku hanya ada pada malam hari.. aneh memang), akhirnya kuputuskan untuk berkunjung ke beberapa tempat favorite ku di kota itu.

Mencoba menjelajah sendiri di beberapa pusat perbelanjaan di sana, hunting makanan favorite, mencari koleksi parfum dan beberapa keperluan lainnya. hingga akhirnya kuputuskan untuk nongkrong di toko buku, tempat favorite kala aku bosan dan suntuk menjalani hari. Kusempatkan membeli 3 buku yang duanya akan kuhadiahkan buat seseorang yang selama ini sering berbagi tentang kesehariannya. Buku yang kurasa bisa mengurangi rasa pesimisnya dan mengurangi kegundahan yang selama ini kerap hadir di hidupnya. Setelah buku untuknya kutemukan, akhirnya kuputuskan untuk mencari beberapa buku yang aku perlukan. Sayang sekali buku yang aku inginkan tidak kutemukan disana, berjalan pelan-pelan menyusuri setiap koleksi buku-buku yang tersedia di toko itu, matakupun tertumpu pada barisan buku yang diperuntukan bagi pemeluk agama budha. Ku coba mengambil beberapa judul yang membuatku penasaran akan isinya dan kucoba membaca bagian-bagian tertentu. Akhirnya kuputuskan untuk membeli salah satu buku yang berjudul "Sehari sepatah kata - Kata Mutiara Kehidupan Manusia" karangan Sheng-yen Lu. Sebuah buku yang mengajarkan kesederhanaan, tawakal atas ketentuan Tuhan, mengingat segala sesuatu sudah ditentukan oleh Tuhan, dan sebagai Makhluknya kita hanya dituntut untuk menjalankan dengan sebaik-baiknya tanpa keluh kesah dan protes, menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milikNYA. Mensyukuri setiap ketentuan baik, dan berusaha menerima ketentuan buruk, itulah sepintas isi dari buku ini.

Ketika berada di meja kasir, salah seorang karyawan di toko tersebut mencoba menanyakan kembali apakah aku benar-benar mau membeli buku tersebut. Wajar saja dia protes, karena tuch buku emang diperuntukan bagi umat beragama budha, kenapa aku yang nota benenya muslim juga membeli tuch buku. Alasanku hanya karena bahasanya yang ringan, dan mudah difahami isinya. Selama bisa menambah pengetahuan, aku fikir tidak ada salahnya.

Pukul 4 sore, aku memutuskan untuk kembali ke hotel, dan bersiap check out dan pergi ke stasiun bus yang menuju kampung halaman tercinta. Pukul 8 malam mobilpun bertolak menuju kampung halaman dan alhamdulillah di jalan tidak ada rintangan apa-apa. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menjagaku selama dalam perjalanan yang harus kutempuh sendiri di malam ini.

21 Januari 2009
Pukul 11 pagi, aku tiba di kampung halaman tercinta, negeri yang sejuk yang telah membuatku banyak bermimpi dan bersemangat untuk berubah. Tiba di depan rumah, kudapati rumah kosong, tidak ada 1 orangpun disana, maklum penghuni rumah yang dulunya ramai sejak saudara-saudaraku belum menikah, dan akupun masih sekolah di kampung kala itu, sekarang hanya dihuni oleh kedua orang tua dan adik bungsuku. Hari kedatanganku, kedua orang tuaku sedang pergi melayat sepupu yang meninggal tadi malam, meninggal karena sebab yang menyisakan penyesalan disetiap orang terdekat yang ditinggalkannya. Meninggal karena mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara yang ditentang oleh agama, meminum cairan pembersih lantai (entah disengaja atau tidak) dan akhirnya meninggal setelah dirawat selama 1 minggu dirumah sakit di kota kelahiranku. Ya Allah, ampunkan dosanya, dan tempatkanlah ia disisiMU.

Alhamdulillah, setelah menunggu 30 menit, kedua orang tuaku tiba di rumah, Ya Allah inilah kebahagiaan yang tak tergambarkan, Engkau masih memberi hamba kesempatan untuk bertemu kedua orang tua hamba dan Engkau masih mengaruniai keluarga hamba kesehatan, terima kasih ya Allah, sesungguhnya inilah kesyukuran terbesar hamba atas karuniaMU.

Bercerita panjang lebar, dengan kedua orang tua, setelah melakukan ibadah zuhur keluarga besar mulai berdatangan kerumah, sekedar menyapa dan nanyain kabar tentang keberadaanku selama di negeri orang. Sore itu, rasa lelahku mulai tidak bisa ditolerir lagi, dan mata inipun mulai sulit untuk ku buka, akhirnya aku mohon izin pada pada mereka semua untuk istirahat sesaat.

Malam harinya, setelah menikmati makan malam bersama keluarga besar, akupun tertidur pulas disamping ibunda tercinta. Terima kasih Tuhan, untuk nikmatMU hari ini.

22 Januari 2009
Terbangun di pagi hari, berbahagia karena aku terbangun dan berada disebelah ibunda tercinta, menghirup udara pagi kampung halaman tercinta, melaksanakan rutinitas seperti biasa kala berada di kampung halaman, dan mencoba menikmati hari ini di rumah sendiri. Karena kedua orang tua akan pergi ke tempat saudara yang akan mengikuti persidangan hari ini, atas kasus yang menjeratnya. Berharap segalanya akan terungkap dengan jelas, dan peradilan yang diberikan kepadanya adalah peradilan atas hukum Tuhan, bukan hukum buatan manusia yang bisa dirubah kapan saja sesuai keinginan orang-orang yang ber-uang.

Siang hari, kuputuskan untuk menemui sahabatku, sahabat dari kecil yang sampai hari ini masih sangat dekat denganku, sahabat yang selalu nanyain kabar atas kepulanganku ke kampung halaman, menghabiskan waktu siang bersamanya bercerita tentang banyak hal, tentangku, tentangnya dan tentang sahabat yang lain yang saat ini sudah menyebar dibanyak tempat. Sore harinya kami habiskan bersama dengan menyusuri jalan sepanjang perbukitan indah yang kerap dilalui anak muda yang menikmati waktu senggangnya, kamipun bercerita sepanjang jalan, mengenang saat-saat dulu waktu kami masih sering bersama, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti disebuah kafe dilereng bukit indah yang banyak dikunjungi. Bercerita tentang banyak hal, hingga tanpa sadar waktu magrib hampir menjelang, akupun memutuskan untuk mengantarnya pulang dan akupun pulang menuju rumah tepat sesaat sebelum azan berkumandang.

23 Januari 2009
Pagi ini aku harus mengantar adik tercinta kesekolah, karena motornya akan aku pakai, aku harus mengunjungi saudara yang saat ini sedang tertimpa musibah, setelahnya aku harus mempersiapkan keberangkatanku menuju kota perjuangan, tempatku menimba ilmu 2 tahun yang lalu, karena aku harus melaksanakan beberapa pekerjaan disana dan menemui orang-orang yang kerindukan dan kerap hadir dihari-hariku selama di negeri orang.

Pukul 15.30 aku dijemput dari rumah menuju stasiun, kemudian kusempatkan singgah dirumah sepupu dan sempat ngobrol beberapa saat disana dengan sepupu yang lagi ngumpul dirumah itu. pukul 16.00 akupun pamit untuk melakukan perjalanan menuju kota banda, kota kenangan, kota yang mendewasakanku, kota yang telah mengajarkanku tentang banyak hal.

Pukul 18.00 mobil yang aku tumpangi tiba di kota Takengon, kota yang dikenal karena keindahan laut tawarnya, kenikmatan kopi gayonya dan kesejukan udaranya yang membuat siapa saja berkunjung kesana akan merindukannya dan berkeinginan untuk berkunjung kembali.
hingga akhirnya perjalananpun berlanjut menuju kota-kota berikutnya, hingga akhirnya aku tiba di kota banda.

Read More......