Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

3/26/09

Jawab atas Penantian

Sudahlah apapun jawabanmu itu sudah tidak penting lagi sekarang, jikapun itu jawaban yang membahagiakan, sama saja itu sudah tidak berarti bagiku. Jikapun itu jawaban yang mengecewakan, akupun sudah tidak perduli lagi. Toh, semua sama saja, engkau telah membuatku bosan dan kelelahan dipenantian panjang ini.

Sudahlah aku kira waktu yang aku berikan sejak penghujung senja tanggal 26 bulan lalu itu cukup untuk kamu menentukan segalanya, harusnya waktu yang hampir 1 bulan itu cukup untukmu menentukan arah dari perjalanan kita, waktu yang relative panjang itu cukup untuk kamu menentukan pilihan mana yang terbaik untuk kamu ataupun untuk kita. Tapi apa?? Nyatanya engkau membiarkan aku terombang ambing seperti kapal yang kehilangan nakhodanya.

Sudahlah apapun alasanmu, tetap saja itu tidak berarti lagi, aku benar-benar lelah, aku benar-benar kehilangan telah ditinggalkan oleh waktu yang begitu jauh. Kamu tau?? Aku menghabiskan waktu begitu banyak hanya untuk menunggu semua ini, aku habiskan begitu banyak tenaga buat menerima kenyataan terpahit yang akan keluar dari bibir manismu, ku siapkan seribu kemungkinan untuk membuatku tetap tegar jikapun engkau bermaksud membuatku terluka lebih dalam dan terpuruk lagi. Tapi apa, kau hanya diam tak bergeming.

Kini semuanya sudah tidak penting buatku, kini semuanya biarkan saja tenggelam, biakan saja semua diterbangkan oleh badai yang datang beserta halilintar dipermulaan malam, biarlah gemuruh angin malam ini mampu membuat semuanya terkoyak, terhempas, seperti apa yang telah engkau perbuat terhadapku, biarlah semuanya hilang bersama pekat yang membuat hati semakin tersayat ketika mengingat semua nada bicara yang manis dan penuh manja namun semuanya hanya ketulusan yang dibalut dengan kepalsuan.

Sudahlah, biarkan angin malam ini menjelang tanpa tatap kagum kita kala menyaksikan bergantinya hari menjadi malam, biarkan mentari beranjak meninggalkan senja dan malam pekat menjelang tanpa kehadiran sang rembulan lagi, biarkan aku tetap duduk di tempat ini, mengubur segala asa dan kenangan yang terlanjur terukir di perjalanan kita. Biarkan aku hilang bersama pekat dan hembusan angin malam yang membuat tubuh mungilmu bergetar kedinginan.

Sudahlah, kini tidak ada yang tersisa, bawalah semua yang telah kutitip dihatimu, jikapun kau tidak menginginkannya, terbangkan ia dan buang ditempat yang engkau suka atau biarkan ia pergi terombang ambing tanpa harus tau arah perjalanannya kemana..

Selamat berbahagia untuk engkau sang pembuat luka, selamat menempuh perjalananmu di dunia selanjutnya, apapun yang telah kau perbuat terhadap bahagia kita, mimpi kita, tawa kita, kebersamaan kita, kan ku anggap itu semua sebagai mimpi buruk di kala tidur malamku.

Kini akupun harus beranjak dan berlalu dari kepenatan ini, kini akupun harus menelan kepahitan yang kau sodorkan dengan paksa dihadapanku, karena kalaupun aku telah membiarkanmu merusak dan melukai hatiku, namun ketahuilah, aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk merusak mimpiku, aku tidak akan pernah membiarkanmu membuyarkan segala kebanggaan atas hari-hari yang telah dan akan kulalui diperjalanan sebelum kau ada dan berikutnya.

Selamat tinggal sang pecipta luka hati!!

No comments: