Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

11/10/08

Antara Ragu, Diam, Penyesalan dan Kebingunganku

Kawan, pernahkah kau menyesal untuk mengenal seseorang yang terlanjur mengukir kenangan disela hari-hari dalam perjalanan panjangmu?? pernahkah kau bertanya kenapa sich kita harus dipertemukan? pernahkah kau merasa apa artinya dia untuk mu? pernahkah............ah...

Orang bilang, setiap pertemuan itu adalah anugrah Allah, orang bilang pertemuan itu adalah awal dari perubahan, orang bilang pertemuan itu adalah salah satu dari ketiga warna pelangi yang apabila salah satunya tidak berada disana, bisa jadi pelangi itu tidak akan indah lagi di mata kita.

Kawan, tapi hari ini aku menyesalinya, hari ini aku merasa begitu banyak waktuku terbuang dengan sia-sia, seluruh ruang fikirku hanya dipenuhi dengan ingatanku tentangnya. seluruh urat sarafku sering menjadi tegang seketika jika ku mulai berinteraksi dengannya. pembicaraan biasa yang sering diiringi dengan canda bahagia, gelak tawa, berbagi sama rata dan bercerita seadanya, hingga tidak jarang menjadi sebuah perselisihan kecil yang membuat aku tidak tenang menjalani hari-hari di tempat ini.

Kenapa kejadian ini masih saja terulang, kenapa ketika ku mencoba berjalan dengan tenang harus pula dihadang oleh kejadian dan peristiwa yang sama. Hingga kebodohan yang sama harus juga terulang lagi dalam sejarah perjalananku.

Kawan, kamu benar aku memang tidak pernah siap untuk menyayangi, aku hanya bisa hidup untuk diriku, keluargaku dan Tuhanku. Aku tidak pernah siap untuk membagi kepada siapapun. karena ketika rasa itu harus hadir, semuanya bakal jadi berantakan kawan, aku terlalu menyayangi, aku terlalu memberi perhatian, aku terlalu serius, hingga seluruh ruang fikirku tersita karenanya. Hingga perjalananku tidak bisa kulanjutkan, hingga aku tak mampu melangkah menuju anak tangga berikutnya, hingga akhirnya semuanya jadi tertunda ke waktu-waktu berikutnya.

Dan hari ini, aku sedang dihadapkan pada realita yang sama kawan, sekembalinya aku ke negeri ini, aku seperti berjalan di tempat, tidak ada progress yang berarti, dan lagi-lagi aku menyesalinya. Menyesali untuk mengenal dan menaruh rasa padanya.. karena aku belum siap untuk itu...

2 comments:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said...

hayoo...semangat kak.
ingat jatuh ketika kita berada pada ketinggian.
ingat aku kalau sedang naik pesawat, he..he...

hayo..semangat, maju mundur, pantang kendur....