Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

12/5/08

Saudaraku, Bersyukurlah....

Saudaraku..
Hari ini aku terbangun dengan panggilanmu. Lagi-lagi engkau mendengarkan suara lemahku, lagi-lagi engkau mendengarkan suaraku yang dalam, dan hampir tidak kedengaran jelas di telingamu. Seperti biasa, aku mendengar kekhawatiran disana, Kenapa?? Kamu sehat kan?? katamu. Aku mengiyakan dan berusaha meyakinkanmu kalau aku, adik kesayanganmu baik-baik saja...

Saudaraku, Malam ini aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, juga saudara kita yang lain, kalian berlima, wahai pangeran yang selalu kuhormati, kusanjung tinggi, kudoakan dikala sujud malamku, dan kurahapkan jika kelak ku bisa membuatmu tersenyum dengan tangan dan tetesan keringatku. Iya, mungkin kalian tidak pernah berharap untuk aku berbuat sebanyak itu, tapi ketahuilah, jalan hidup yang kutempuh saat ini bukan karena ingin kunikmati sendiri, aku berjuang saat ini bukan untuk bernafas sendiri, bukan untuk tersenyum sendiri, bukan untuk berbangga sendiri dan bukan untuk hari esok yang hanya akan kujalani sendiri tanpa senyum, dan harap dari kalian semua, wahai pangeranku...

Saudaraku, Mendengar setiap keluhan yang kalian utarakan, bukan aku enggan mendengarnya, bukan pula aku tidak mau perduli atas jalan hidup yang harus kalian jalani saat ini, bukan pula aku tidak pernah terfikir untuk berbuat untuk kalian semua. Ketahuilah, Jalan yang kupilih saat ini, karena ku ingin berubah, berubah bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk kita, dan tentu saja untuk pahlawan kita.. Pahlawan yang tidak pernah memaksakan kehendaknya pada kita semua. Meski, aku tahu saudaraku, kalau kalian tidak pernah memberi dukungan atas apa yang aku pilih. Iya, aku tau terlalu besar kekhawatiran yang ada di benak kalian, kalau-kalau aku tidak akan bisa menjaga kepercayaan dan hanya akan membuat kalian susah... Sayang, untuk itupun tidak pernah ku tau langsung dari kalian semua, lagi-lagi aku harus mendengarkan itu semua dari orang orang tua kita. Kenapa?? kenapa saudaraku, ahh tapi sudahlah, bagaimanapun juga, mungkin begitulah cara kalian mengungkapkan kasih sayang yang sesungguhnya atasku, satu-satunya saudara perempuan kalian....

saudaraku, Sesekali betapa ingin ku membuatmu tersadar,bahwa nilai kebahagiaan yang ada pada kita bukanlah terletak pada materi, tapi bagaimana kita berusaha mensyukuri nikmat yang diberi oleh Allah setiap harinya. Saudaraku, aku tau betapa kalian ingin berubah, tidak lagi hidup seperti itu-itu saja, tapi saudaraku mungkin selama ini usaha yang kita lakukan tidak dibarengi dengan doa yang tulus ikhlas terhadapNYA. Maka dari itu saudaraku, cobalah bercermin pada diri sendiri, kita tidak perlu melihat ke orang lain, karena kita juga bisa hidup dan berbahagia dengan cara kita sendiri, kenapa harus selalu berpedoman kepada orang lain, jika itu semua hanya memberi kemudharatan pada kita.

Saudaraku, Bukan aku ingin menyalahkan kalian atas pilihan hidup yang kita jalani sekarang, tapi coba ingat dan renungkan kembali bahwa orang tua kita adalah orang tua yang paling demokratis dan tidak pernah memaksakan apapun pada anaknya, bukan aku menyesal atas pilihan hidup yang kalian jalani saat ini. Tapi aku, adikmu hanya ingin mengingatkan kalau dulu kalian selalu tersenyum dengan gelimang materi yang dipunyai oleh orang tua kita, kalian menyianyiakan itu, kalian memilih untuk hidup seperti sekarang, memilih bahagia sesaat dan menderita lebih lama. Tapi saudaraku, ketahuilah, apa yang kalian jalani sekarang tidak lebih buruk dari orang lain ataupun aku adikmu, hanya saja Allah menguji kita dengan cara dan jalan yang berbeda-beda, kita hanya dituntut untuk bersyukur, bersabar dan bertawakal. Maka dari itu saudaraku, sekali lagi, syukurilah apa yang kita punya sekarang, jangan melihat terlalu jauh ke atas, dan jangan pula hanya membuka mata untuk urusan dunia yang bisa berubah kapan saja...

Saudaraku, berhentilah mengeluh, berusahalah mewujudkan mimpi dengan jalan yang kita punya, tidak perlu memakai kekuatan orang lain, demi nilai kebanggaan yang belum tentu mampu kita pertanggungjawabkan esok.

Saudaraku, bukan aku ingin mengajarimu tentang bagaimana cara menyikapi hidup, aku tahu, kalian pasti lebih tahu daripada aku, tapi saudaraku, aku hanya ingin mengingatkan kalau hidup kita bahagia bukan hanya karena punya banyak materi, dan memulai sesuatu itu bukan harus dengan gelimang materi yang ada pada kita. Kenapa kalian tidak pernah bercermin pada orang tua kita, bukankah mereka membuat kita berada di titik sekarang semuanya dimulai dengan derita dan sekuat tenaga yang mereka punya, lalu kenapa kita tampak lebih lemah dari mereka??

Saudaraku, sekali lagi bersyukur dan berusahalah dengan apa yang kita punya. Dan ketahuilah saudaraku, adikmu saat ini belum siapa-siapa, maka jangan terlalu banyak menuntut padanya jika kau ingin melihatnya tetap seperti sekarang. Saudaraku, aku tidak sekuat apa yang kalian bayangkan, dan maka dari itu mohon pengertiannya, bersabarlah, doakan aku bisa merubah jalan hidup keluarga kita menjadi lebih lapang dari sekarang.

Saudaraku, Aku menyayangi kalian lebih dari apapun, Aku hidup untuk orang tua kita, dan kalian semua, maka dari itu bantu aku untuk tetap berada di jalan ini, jika kalian terus mengeluh, aku hanya takut kalau aku akan memilih cara yang berbeda untuk melihat kalian tersenyum bahagia, tetapi aku akan menangis untuk itu, karena cara itu tidak pernah aku inginkan, tapi kali ini mulai terfikirkan saudaraku, Maka dari itu bersabarlah....

dan
Bersyukurlah dengan apa yang kita punya saat ini.


No comments: