Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

4/23/08

Antara Email, Wanita Paruh Baya, dan Pulo Aceh

Hari ini saya menerima sebuah email dari salah seorang Professor di jurusan, dan isinya adalah tawaran untuk mengikuti “Peace Camp” yang akan diadakan pada Summer vacation di bulan Agustus nanti, Kegiatan ini diadakan di beberapa Negara seperti Indonesia (Aceh), Timor Leste, Afganistan dan Pakistan. Akhirnya sayapun tergerak untuk membuka situs yang dikirim oleh sang professor. Namun alangkah terkejutnya saya ketika membuka website tersebut. Ternyata misi mereka adalah menyebarkan ajaran Kristen yang disajikan lewat paket-paket kegiatan yang menarik, seperti kursus bahasa inggris, pengelolaan pustaka sekolah, dll. Mereka adalah para gembala yang sedang mencari atau menunjukkan arah dari domba-domba yang tersesat (Missionarisme).

Teringat juga hari-hari pertama di Taiwan ketika saya dan dan beberapa teman berkunjung ke sebuah restoran cepat saji dengan tujuan mencari makanan yang halal, tiba-tiba kami di datangi oleh sekelompok orang berpakaian rapi, berdasi, berperawakan tinggi,dan saat itu saya menebak pastilah mereka bukan penghuni benua ini, melainkan berasal dari Eropa ataupun Amerika, begitulah dugaan saya saat itu. Selang beberapa saat ketika kami baru saja duduk di restoran tersebut, mereka menghampiri meja kami dan memperkenalkan diri. Ternyata dugaan saya tepat mereka berasal dari Jerman, United States dan satunya lagi dari Canada kalau saya tidak salah. Lalu merekapun memulai percakapan dengan bahasa mandarin, pada saat itu saya sama sekali tidak mengerti isi pembicaraan mereka dengan teman saya yang orang Taiwan, saya mengira kalau mereka adalah para salesman yang sedang menawarkan produknya pada teman saya, Selang beberapa saat merekapun mengeluarkan sebuah kertas, yang tidak lain adalah brosur dari program-program yang sedang mereka tawarkan pada teman saya (salah satu programnya adalah Kursus bahasa inggris gratis) yang sedang mereka jalankan saat ini. Ketika membaca brosur tersebut barulah saya mengerti kalau ternyata mereka adalah para misionaris yang sedang menyebarkan misinya.

Pengalaman dan pemandangan seperti ini bukanlah barang langka di Taiwan, jika kita berjalan melewati restoran cepat saji khusunya “McDonald”, maka kita akan melihat sekumpulan orang yang berkemeja putih, celana hitam dan berdasi, menunggu di depan restoran, melihat para pengunjung McD, dan mereka akan mencoba menghampiri siapa saja untuk diajak bergabung bersama mereka.

Lalu cerita selanjutnya adalah, kira-kira seminggu yang lalu kami diperkenalkan oleh teman dengan wanita paruh baya yang tinggal di Taiwan, wanita tersebut mengatakan kalau dia sudah sering bolak-balik Taiwan-Aceh untuk menjalankan pekerjaanya, dan dia mengatakan kalau dia bisa menyanyikan lagu tradisional Aceh “Bungong Jeumpa” dia juga mengatakan kalau dia membawa misi kedamaian ke Aceh khususnya Pulau Aceh. Pada saat itu kami tidak punya banyak kesempatan untuk berbincang-bincang dengannya karena teman kami sedang mencoba berbagi informasi tentang bagaimana memberikan pelayanan yang baik untuk sebuah misi kemanusiaan yang akan diembannya, yang kebetulan juga akan diadakan di Aceh. Belakangan barulah saya ketahui kalau wanita paruh baya tersebut merupakan salah seorang pengurus senior di Thefrontier.org. Ternyata para Gembala berdasi yang biasanya wara-wiri di depan McD, sudah menjalankan misinya di bumi Aceh sejak tahun lalu, dimana misi tersebut akan terus dijalankan untuk tahun-tahun berikutnya, dan kita juga tidak tahu sampai kapan. Lalu apakah tanggapan kita sebagai orang Aceh, ketika para Gembala mencoba berburu domba-domba tersesat di Bumi Serambi Mekah?? Apakah kita akan memberikan mereka kebebasan sebagaimana orang Taiwan memberikan keleluasaan pada mereka untuk menyebarkan misinya??

Mungkin ini memang hal kecil, kalah tenar dengan kasus korupsi para penguasa kita, kalah tenar juga dengan sorotan atas kinerja para pemegang amanah korban tsunami, juga kalah tenar dengan isu pemekaran ALA-ABAS. Namun, kala kita terkadang mengabaikan hal-hal kecil, maka pihak lain akan memanfaatkan hal-hal kecil itu sebagai jalan mulus bagi mereka untuk merusak peradaban kita sebagai umat islam. Dan jika kita memberikan ruang dan waktu untuk mereka menjalankan program dan misinya, bukan tidak mungkin suatu hari kita akan menyaksikan Balai-balai pusat kajian ajaran mereka berdiri dengan dengan indahnya di Pulau itu. kini mereka sedang bergiat menanamkan ideologi dan ajaran-ajaran yang mereka bawa, jauh di pulau yang indah dan terpencil, yaitu Pulau Aceh. Merekapun mencari sasaran yang tepat yaitu sang domba yang masih belia (Anak SD, SMP & SMA) untuk kemudian nanti akan dilatih menjadi gembala-gembala berikutnya. Apakah kita akan membiarkannya??

Wallahualam…

1 comment:

阿里 Ali Mutasowifin said...

Jangan biarkan itu terjadi di bumi Serambi Makkah, Ima...加油