Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka

5/3/09

Episode Penyembuh Luka

Aku tidak akan pernah mengatakan kalau
"aku menyesal karena pernah mengenalmu"

Tidak,,
Aku tidak akan mengatakan itu, karena setiap pertemuan itu terjadi pasti karena kehendakNYA, meski mungkin saat ini aku begitu menginginkan untuk dipertemukan dengan orang yang begitu baik dimataku, namun itu tidak akan pernah terjadi jika yang di atas tidak berkehendak untuk pertemuan itu. Justru aku berterima kasih, berterima kasih atas segala yang pernah kita jalani bersama, berterima kasih karena ada perubahan yang terjadi denganku kini, perubahan yang sulit kulawan dan kutindak lanjuti, perubahan yang meruntuhkan mimpi dan akal sehatku, perubahan yang menciptakan sedikit penyimpangan atas jalan lurus yang telah kurintis selama bertahun-tahun. Perubahan yang telah membuat sedikit kelabu mataku, yang tidak lagi mampu menatap warna indah pelangi, warna indah biru laut dan langit, dan warna kerlip bintang yang seketika sering membuatku terkagum-kagum akan kebesaran pencipta yang maha mampu untuk melakukan semuanya.


Aku bersyukur, kita telah dipertemukan, aku bersyukur karena engkau telah menambah koleksi pribadi yang membuatku terluka, kecewa, dan aku yakin kalau aku akan bangkit dari semuanya, aku yakin kalau apa yang telah terbentang dihadapan kita saat ini akan membuat aku semakin kuat dan semakin bijak dalam melangkah dan menentukan arah perjalananku berikutnya.

Aku tidak akan mempertanyakan lagi, dari apakah hatimu diciptakan, tentu Allah telah menciptakanmu dari sebaik-baik penciptaaNYA, hanya saja engkau menutupi semua baik itu dengan warna gelap yang engkau kumpulkan dan telah kau abadikan untuk menjadi ciri dari pribadimu yang lembut namun menusuk dan mampu membuatku terkulai lemah tak berdaya dengan laku dan tindakan lembut itu.

Aku bersyukur telah mengenalmu, aku bersyukur telah menghabiskan banyak waktu denganmu, aku bersyukur bahwa kau telah mampu menyentuh hatiku yang sempat beku selama sekian lama, aku bersyukur karena kau telah mampu membuatku menangis selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan 4 minggu dalam sebulan, dan ini sudah 2 bulan air mata itu tumpah, entah kenapa belum juga ia kering, aku tidak tau kenapa aku mempunya i begitu banyak stok air mata buat kamu, aku gak tau kenapa aku menjadi seseorang yang begitu lemah dan tidak berharga, bahkan untuk diriku sendiri aku merasa bahwa, aku demikian terpuruknya dan menganggap semuanya tidaklah penting lagi dalam hidupku setelah kejadian itu.

Pun, demikian, aku masih tetap bersyukur, dan aku yakin akan ada matahari setelah redanya hujan, akan ada bintang setelah berlalunya awan, dan akan ada pelangi yang tercipta dari perebutan antara awan dan matahari. Aku yakin akan ada tawa setelah tangisan yang begitu lama, aku yakin akan ada tulus hati yang sebenarnya, bukan tulus hati dengan rekayasa seperti yang pernah engkau tawarkan dalam hidupku.

Aku berterima kasih, pada waktu, pada kesempatan, pada Tuhan, pada setiap tatap mata yang iri melihat kebersamaan kita beberapa waktu yang lalu, aku berterima kasih pada hari dan malam yang telah menciptakan damai buat kita, aku berterima kasih pada derai hujan yang pernah menghampiri kebersamaan kita, aku berterima kasih pada setiap tempat yang pernah menjadi saksi kebersamaan, kebahagiaan, tawa, janji dan airmata kita.

Aku berterima kasih pada derai ombak yang telah menyambut kedatangan kita disetiap senja waktu itu, aku berterima kasih pada kicau burung yang seakan iri melihat kita tertawa-tawa bersenda menikmati bahagia, aku berterima kasih pada kerling bangau disebuah tempat yang kita kunjungi sebanyak 2 kali, aku berterima kasih pada sebuah restoran tua dibilangan kota kita, yang memperdengarkan pertama kali lagu yang bertemakan "ular berbisa" dan "pengkhianat cinta" setelah hampir setahun ku tak lagi terlalu mengikuti perkembangan musik di negeri kita.

Pun aku berterima kasih pada desir angin pantai yang membuat bunyi gemerisik di daun cemara, di pinggir pantai kala kita kerap menghabiskan jam makan siang disana, aku berterima kasih pada sebuah tempat kala pertama kali kita bertengkar hebat, malam terakhir aku berada di kota itu, dan pertama kali aku tau kalau kamu ingkar atas semuanya. Aku berterima kasih telah kau temani aku, menjalankan sebuah pekerjaan di pulau kecil indah, disana kita sempat bercengkrama dan mengucap janji setia.

Kamu tau??
Dulu semua tempat itu begitu indah dimataku, karena kamu telah membuatnya indah, kamu telah membuat semua makanan terasa lezat untuk kunikmati, kamu telah membuat derai ombak yang saling kejar-kejaran, saling mendahului mencapai bibir pantai terlihat begitu memukau, kamu telah membuat semua senyum dan semua mata terasa ramah dan bersahabat dimataku, kamu telah membuat semua alunan suara terasa merdu ditelingaku, kamu telah membuatku memutuskan untuk cuti bekerja, menghindar dari teman-teman dan komunitasku karena aku hanya ingin kita bersama menghabiskan sisa-sisa hari yang ku jalani di kota ini.

Kini semua bentuk keindahan itu telah berlalu la..
Seiring dengan berlalunya kamu dari hidup aku..
Dan akupun memutuskan untuk menutup mata atas segala bentuk keindahan
Setelah kepergianmu dari hidup aku la..
Biarlah waktu yang menjawab semuanya la..
Biarlah waktu yang menyembuhkan semuanya..
Dan
Biarlah waktu yang memberikan penawar atas cacat hati yang telah kau ciptakan
Kini akupun sudah tidak perduli lagi dengan semuanya..
Aku tidak perduli

Semoga malam ini, menjadi akhir dari ceritaku tentang kamu la..
dan semoga esok aku bisa memulai episode baru dalam hidup aku
Episode penyembuhan luka dan bangkitnya aku dari keterpurukan ini.
Semoga

No comments: