Betapa aku rindu, pada sosokmu yang dulu pernah berlabuh di dermaga
tempatku menempatkan namamu. Betapa aku ingin, mengukir cerita tentang
hari yang berisikan canda tawa kita dulu. Kini terasa kosong, tatapmu
beku, menghadir nelangsa dalam derai yang mengalir tak kenal waktu. Kamu
dimana, kenapa menghilang begitu saja.. Aku merindumu. Menanti
diperaduan kata tempat kita mengarang cerita sambil menunggu senja.
Jejakmu mengabur disegurat asa yang hampir terkubur. Dan aku
terpekur, setelah merangkul bayang yang berpamitan tanpa pernah lagi kau
perdengarkan ucapan selamat tidur, di pekat malam yang terasa begitu
sepi hanya bertemankan bantal dan kasur..
Sesekali terdengar serangga mendongengkan kisah perjalanannya dibawah
pohon dekat jendela yang berusaha menghibur. Namun aku tetap saja
terpaku, menerawang hari-hari kita dulu, sembari menanti pagi yang tak
kunjung muncul. Malam terasa demikian panjang, ketika bayang menjadi
teman yang menggelisahkan.
Dialog Hati, Dialog dengan Fikiran Sendiri, Muncul dari Berbagai Kondisi, tidak Selamanya Ia Nyata, tidak juga hanya Fiktif Belaka
1/26/11
Betapa Rindu
Kau Adalah
Kau adalah senyum yang berlalu bersama mendung,
Kau adalah riang yang berpamitan bersama hujan
Kau adalah damai yang menghilang sebelum senja datang
Kau adalah bayang yang tak berbekas menyisa kering disepanjang musim
11/26/10
Bahkan
Bahkan tatkala musim mengering tiba,
tak kunjung kulayukan asa dalam sebait doa,
semoga Allah tetap labuhkan kaki kita
pada pemberhentian yang telah digariskannya.
Bahkan ketika musim penghujan membasahi tak kenal henti,
tak berujung kuurai kata
semoga hati kita masih diwarnai dengan keikhlasan atas segala ketentuanNya.
11/19/10
Persembahan untuk cinta
Untukmu yang memaksaku untuk "Diam"
Baiklah, akan kulakukan sesuai inginmu. Sesuai skenario yang kau gambarkan. Aku akan diam. Meski jiwaku tak henti menceracau setelahnya. Tapi biarlah hanya kosmik yang menjadi pendengar setianya. Mungkin sekali waktu memang harus begitu. Memilih untuk diam, meski itu serasa melumpuhkan seluruh kemampuan yang dianugrahkan Tuhan. Kali ini aku hanya akan menurut. Menurut pada Diam.
11/18/10
3/12/10
Dialog dengan Ruang
Ruang, mohon maaf karena telah meninggalkanmu terlalu lama. Setelah, kutorehkan ribuan kalimat yang mengacaukan, akhirnya ada sedikit rasa enggan untuk mengunjungimu.
Tapi kini aku kembali, setelah semuanya berganti. Mari kita habiskan malam-malam indah bersama lagi, bercerita sama rata, dan berbagi seadanya. Seperti biasa, kita ucap canda, dan tertawa-tawa ceria bersama. Disini, ditempatmu ini ruang. Kini aku datang lagi, datanglagi disini.
Tempat paling nyaman, rasa paling damai yang pernah kau berikan dalam segala keadaan. Aku suka itu ruang.
Malam yang Menentramkan
Ada damai seketika, terkadang kita terlalu naïf sehingga tidak menyadarinya. Tetap saja larut dalam hal-hal yang tidak diperlukan oleh logika dan memberatkan bagi hati… astagfirullahalazim la hawla wala quwwata illa billah
well..
it should start from now on..
Langkahkan kaki dengan gontai, alihkan arah dan tujuan yang sempat berbelok ke arah yang tidak diinginkan. kembali menuju starting point sebelumnya, lalu bersiap melangkah menuju pemberhentian yang terbaik.
6/19/09
Sampah Hati
Jika aku katakan kalau aku tidak bisa hidup tanpamu, itu artinya aku dusta, dusta pada karunia Tuhan yang sampai saat ini masih saja kunikmati, karena sampai hari ini Tuhan masih memberiku keleluasaan untuk menghirup udara-Nya, mengkonsumsi setiap kenikmatan dan kelezatan yang sempurna dari makanan yang dicipta-Nya. Bahkan aku masih juga mampu tersenyum walau hati terasa terkoyak dan kekuatanku terasa luluh lantak oleh badai yang engkau tawarkan dalam perjalanan di sela rasa lelahku.
Jika aku katakan kalau aku tak mampu berjalan tanpamu, itu artinya aku berbohong, karena kedua kaki ini masih utuh dan sempurna untuk aku pergunakan kemana saja aku mau, dengan gaya berjalan pelan bahkan berlari sekalipun aku masih sanggup untuk melakukannya, aku masih kerap menelusuri hiruk pikuk keramaian kota kecil ini, sendiri bahkan bersama orang-orang disekitarku. Masih saja mencoba mendaki pegunungan-pegunungan kecil, menuruni lembah-lembah indah di tempat persembunyianku, agar tidak ada yang melihat kalau aku kerap terisak sendiri disini.
Tidak, tidak demikian, aku masih bisa bernafas tanpamu, aku masih bisa tertawa, tersenyum bersenda, menuai kata menjadi ungkapan-ungkapan yang bermakna, menjalankan setiap amanah yang telah diembankan dipundakku.
Hanya saja, aku kehilangan sekarang, aku kehilangan seluruh penyangga semagatku yang dulu aku serahkan ke kamu untuk melakukannya. Aku kehilangan seluruh motivasiku untuk bisa bekerja sempurna seperti dulu, aku kehilangan ketegaran dan kedewasaanku dalam menyikapi hidup, dan parahnya lagi aku kehilangan pandangan positifku terhadap setiap pribadi yang kutemui setelahmu, aku selalu beranggapan kalau mereka sama saja, mereka datang menawarkan kesejukan sesaat, membuatku tergelak sesaat, lalu kemudian disaat aku sedang menikmati itu semua, mereka akan menjadi bencana dalam hidupku yang meruntuhkan seluruh kebanggaanku kepada indahnya hari, betapa bermaknanya waktu, dan nikmatnya menuai mimpi.
Itulah kondisiku jika kamu mau tau, dan jika kamu memang masih mau perduli. Tidak aku paksakan untuk kamu perduli, hanya saja, aku terkadang tidak punya siapa-siapa untuk bicara seleluasa aku bicara padamu dulu, itulah yang aku rasakan saat ini, kini aku hanya punya ruang ini untuk menumpahkan sampah hati yang tidak ada habis-habisnya.
6/1/09
Tiba-tiba Begitu Merindu
hasrat itu tiba-tiba begitu menggelora, memaksaku untuk segera menyampaikan padamu, bahwa kerinduan itu tidak akan pernah bertepi, bahwa sayang itu telah menggoyahkan seluruh imajinasi ku tentang ragam bentuk keindahan yang bisa kusaksikan kapan dan dimana saja.
Beginilah, aku selalu dicoba, digoda dan dilemahkan oleh rasa itu, hingga tak jarang aku terpaku, terdiam memandang lekat-lekat seulas senyum yang kudapat dari sisa-sisa gambar sejarah perjalanan kita yang sempat kuabadikan. Mengenang sesaat, lalu terdiam, tidak jarang aku bergumam dalam hati, mendesah, menarik nafas, hingga tanpa kusadari tenggorokan ini sering terasa sakit, dan ketika itu air matapun datang menghampiri, menemani malam-malam panjang, hari-hari yang melelahkan, diam yang membosankan dan senja yang tidak lagi mampu ku nikmati biasnya..
Begitu juga malam ini, padahal esok akan menjadi sebuah hari bersejarah dalam perjalananku, padahal esok aku harus benar-benar bersiap diri untuk menghadapi satu ujian lagi yang memang harus kuhadapi, tapi entah kenapa kerinduanku mengalahkan rasa gugup yang biasanya dulu selalu hadir kala aku akan berhadapan dengan sebuah pekerjaan besar seperti ini, rasa ini telah mengalahkan segalanya.
Ia mampu mengalahkan kepekaanku, ia mampu mengoyak-ngoyak semangat dan kebanggaanku, ia mampu membuatku terdiam tak berdaya dalam kebingungan yang panjang.
kini aku benar-benar tak mampu tergelak sempurna dalam urai canda diantara sahabat-sahabatku, aku lebih banyak terdiam dan lagi-lagi, rasa itu datang..
Tiba-tiba aku begitu merindumu hingga ingin rasanya ku gapai dirimu dari bayang-bayang yang kini sudah menjadi masa lalu, lalu akan ku ajak kau bercakap-cakap. Pernah juga aku berniat akan mendiamkanmu sepanjang waktu tanpa harus kupertanyakan lagi kenapa semua ini kau perbuat padaku, tetapi aku tidak akan mengizinkanmu beranjak dari hadapanku walau sedetik.
La kita memang bersahabat, tapi aku meletakkan seluruh kekuatan dan semua yang aku punya untuk persahabatan kita itu. Dan kenyataan telah membuat persahabatan kita terkotori. Bukan salah siapa-siapa, bukan salah kamu dan juga bukan salahku. Hanya saja keadaan tidak lagi berpihak sesuai keinginan kita, inginku juga inginmu.
Dan juga karena rasa yang terlalu besar yang kita punya, rasa yang ada padaku membuatku tidak sanggup jika saja aku harus kehilangan kamu. Dan rasa yang ada padamu yang terlalu besar juga memaksa kamu untuk tidak pernah berterus terang ke aku, tentang siapa kamu sebenarnya. Hanya karena kamu juga begitu takut kehilangan aku.
La dulu ketika aku masih kuat, berulangkali aku berniat meninggalkan kamu, karena melihat sikap dan perlakuan kamu yang teramat dingin. Akan tetapi kamu selalu mampu membuatku mengurungkan niat itu. Bahkan tidak jarang kamu terisak dan menangis ketika aku akan pergi meninggalkan kamu. Hingga timbullah anggapanku bahwa kamu juga memberi rasa sebanyak rasa yang kucurahkan padamu.
Jadilah persahabatan kita terlihat begitu kokoh dan akupun meletakkan seluruh motivasi dan semangat ku menjalani hari disana, di perpaduan hati yang telah kita satukan. Di setiap ikrar janji yang sudah kita ungkapkan. aku bernafas,aku hidup, aku tersenyum, bahagia, lara dan kini menangis untuk itu la.
Aku rasa, kamupun demikian la, tidak lagi pernah tenang sejak badai menghampiri perjalanan kita. Tapi apa daya, kenyataan tetaplah kenyataan. Kita tidak punya kuasa untuk merubahnya, pun kita juga tidak cukup kuat untuk menolaknya.
Segala upaya kulakukan untuk mengembalikan persahabatan kita pada posisinya yang dulu kokoh, kuat dan indah dan utuh seperti sedia kala. Lagi-lagi aku gagal la.
Lalu akupun mencoba melakukan cara sebaliknya la, mendiamkan kamu dan menarik diri pelan-pelan dari apa yang kita jalani. Namun ungkapan kamu yang mengatakan kalau kamu akan merasa sedih, sepi bagai tidak punya siapa-siapa, menjadi kekuatan bagiku untuk terus bertahan dan memperbaiki lagi semuanya.
Dan ketika kita berniat untuk berbaikan dan kembali seperti sedia kala, akan tetapi aku tetap mendapatimu dingin dan sering mengabaikan aku. sehingga sampailah aku kekesimpulanku semula, kalau kamu sebenarnya tidak lagi membutuhkan keutuhan persahabata kita itu.
La, aku memang terlanjur meletakkan seluruh motivasiku untuk kamu, mengharap dan mendapatkan seluruh bahagiaku hanya dengan kamu. Namun sekarang semuanyapun telah berganti kelukaan bersama dengan hilangnya kamu dari hidup dan hari-hariku.
La, biarlah aku seperti ini, menangis setiap malam dan merintih menahan pilu karena kenyataan tidak lagi berpihak padaku. Tapi biarlah aku seperti ini, bagai burung yang patah sayap. Meronta pada malam agar aku terlelap disela isak tangisku. Mengadu pada Tuhan agar Ia mengembalikan semangat dan ceriaku. Namun entah kapan la, semua itu akan kembali lagi. Aku mulai pesimis kalau semua itu tidak akan pernah kembali la..
La, aku sayang kamu selamanya.. terlepas dari apa yang sudah kau perbuat, maafkan atas emosi dan amarahku, yang aku juga antara sadar dan tidak telah melakukannya.
Jika kamu mau kembali atas alasan bahagia kita, aku akan tetap berada disini menyambutmu dengan kedua belah tanganku. Tapi bahagia itu tidak hanya untuk ku la, tapi untukmu juga.
Jikapun kamu memutuskan untuk pergi buat selamanya, maka pergilah.. Jangan pernah merasa bersalah, lanjutkanlah hidup yang membahagiakan buat kamu. Letakkanlah setiap kenangan kita ditempat yang berbeda, agar ia tidak terkotori dengan apapun dan akan selalu tampak indah selamanya.
Kini tidak ada yang bisa kuperbuat selain pasrah pada kenyataan, biarlah waktu yang menentukan aku akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. karena aku sudah lelah berdebat dengan fikiranku sendiri...Malam, 5 Mei 2009
5/8/09
Ceritaku dengan Ruang
Sudah lama aku tenggelam dengan duniaku sendiri, dunia gelap, dunia kesedihan, dunia kekecewaan, dunia dukalara, dunia hampa, dunia yang hanya bisa kunikmati sendiri, dan kufikir hanya aku yang merasakannya. Aku tenggelam dengan diriku sendiri, tidak mau berbagi, tidak mau diusik, diganggu dan diinterogasi sama siapapun, termasuk orang terdekat, sahabat terhadap perkara yang berlaku di jalan hidup dan peran yang akhir2 ini harus ku jalankan Satu-satunya tempat yang ingin kubagi hanyalah kamu ruang, kamu yang selalu kusibukkan ketika aku hanya ingin bernafas, merenung, berbuat, berfikir dan melakukan segalanya sendiri di sini.
Lalu, akupun mencoba membuat batasan terhadap dunia luar dan hanya ingin berkomunikasi dengan diri sendiri, menumpahkan seluruh amarah, kebencian, kekecewaan, dan setiap ekpresi perasaan denganmu ruang. Aku mendiamkan mereka, aku tidak ingin berbagi dengan mereka, aku hanya ingin berbagi denganmu, dan aku hanya ingin berbagi dengan Tuhan atas apa yang terjadi dan berlaku denganku.
Aku terpaku terlalu lama, berdiam diri terlalu lama, merasa kalau duniaku sudah muram dan tidak mungkin akan bisa dibersihkan lagi, pandanganku terasa samar, dan tidak tampak lagi keindahan dari setiap objek yang kutatap, tidak ada damai dari setiap suara yang ku dengar tidak ada kenyamanan dari setiap gaya bicara yang terlanjur melintas ditelingaku dari siapapun, aku hanya ingin sendiri dan mencoba merenung disini sendiri. denganmu ruang. hanya denganmu.
Tuhan, kini genaplah sudah waktu 80 hari aku merasa terpaku dalam diam ku disini, merekapun mulai mempertanyakanku apakah aku masih ada atau sudahpun lenyap, menghilang bersama datangnya badai yang menimpaku di pertengahan 2 bulan yang lalu. Mohon maaf kawan, mohon maaf sahabat, mohon maaf wahai orang yang selalu kuhormati dan kubanggakan, mohon maaf buat sang pengisi hari sepi dan malam panjangku disela sibukku, disela senggangku, disela rasa malas yang kadang berlebihan, disela kantuk yang tidak pernah bertahan lama.
Mohon maaf, aku tidak bisa berada di tengah-tengah kalian dan tampak baik-baik saja, mohon maaf tidak bisa bercengkrama terlalu lama, karena aku takut kalian kehilangan senyumanku dan mencoba mempertanyakannya kenapa? bukannya aku tidak mau jawab, akan tetapi aku tidak mampu menjawabnya dan juga tidak tahu apa yang harus kujawab dan kujelaskan pada kalian, toh ini duniaku, ku rancang sendiri, kunikmati sendiri, kubangun sendiri, kupelihara sendiri, dan sekarang semuanya telah runtuh, dan haruskah kulibatkan kalian untuk memperbaiki dan menyesalinya. Aku rasa tidak perlu bukan??
Biarlah aku dan Tuhan, biarlah aku dan angin malam, biarlah aku dan senja temaram, dan biarlah aku dan ruang ini yang membahas dan menyelesaikan semuanya. kami bisa kok, karena Tuhan akan selalu setia untuk itu, Dia tidak akan pernah pergi, dia punya waktu 24 jam sehari untukku, Dia punya ruang tanpa batas, untuk menampung semua ceritaku, dia punya solusi apapun dari setiap masalahku. Sementara, jika ku bercerita pada kalian, belum tentu kalian mencoba memberi solusi, bisa jadi akan memanas-manasi, bisa jadi akan menyalahkan dan membuatku semakin berkecil hati dan terpuruk. Maaf, bukannya aku tidak mempercayai dan pesimis, tetapi begitulah kenyataannya.
Ruang, kini Tuhan menunjukkan hikmah lain di balik derita dan kecewa yang dalam ini. Ruang, aku memang merasa sepi jika setiap hari hanya bercengkrama denganmu, karenanya biarlah ketika aku tidak mampu menahan rasa, aku akan datang padamu, dan ketika aku tampak baik-baik saja aku akan mencoba bercengkrama dengan mereka yang lama ataupun yang baru kutemui, karena ku akui ruang, sepi ini benar-benar menggilakan.
Ruang, dua minggu terakhir kucoba bercengkrama dengan dua pribadi, keduanya nampak sempurna secara kasat mata. Aku ingin berteman dengan mereka, sekedar mengobati sepiku, sekedar membuatku terlupa akan masalah dan coba yang saat ini sedang hadir dan menimpaku. Aku mencoba memberi mereka seluas-luasnya tempat untuk berbagi denganku, tampak tegar dan sempurna dimata mereka, dan mencoba memberikan waktu meski sebenarnya aku tidak punya banyak waktu untuk itu. Namun entah, kenapa hal prioritas, tidak lagi menjadi prioritas sejak badai itu datang. aku benar-benar kehilangan konsentrasi dan galau hampir disetiap hari.
Karenanya ruang, aku mencoba berkelana, mencoba masuk ke dunia-dunia mereka, dunia orang-orang yang sempurna fikirku.
Ruang, Pertama kali bertemu dengan pribadi yang berpenampilan lumayan, sosok kharismatik, dengan latar pendidikan yang wah, berpenampilan menarik dan tergolong kepada sosok yang hanif, tetapi belum cocok jika ku sebut dia ikhwan. Seorang dosen muda, yang banyak digilai para mahasiswanya, lalu diapun mencoba mendekati kehidupanku ruang, kubiarkan dia dan kuberi ia kesempatan. Dalam waktu singkat kutahu bahwa, dugaanku tentangnya berbalik hampir 360 derajat. Ternyata dia tidak lebih hanyalah pribadi yang rapuh, yang penglihatannya lebih muram dariku ruang, semua yang tampak dimatanya hanyalah keburukan, semua pemikirannya hanyalah yang negative tentang orang lain, bahkan gaya bahasa biasa, tanpa intonasi dan istilah yang berlebihan tidak mampu difahami dan dicerna dengan baik. Lalu akupun bertanya ruang, atas apa yang telah merubahnya, lagi-lagi ruang hanya karena rasa kecewa, sudah menggelapkan matanya dan tidak bisa berfikir positive terhadap setiap pribadi yang ditemuinya.
Ruang, ternyata caraku benar, aku memutuskan hanya bercengkrama denganmu, karena aku takut, tidak mampu befikir positif, dan tidak bisa melihat keindahan kalimat-kalimat yang kudengar dari siapapun. Aku terluka, biarlah aku yang merasakannya sendiri, tidak perlu kubalas, kulontarkan dan kunampakkan kepada pribadi yang lain, yang tidak ada kaitan dengan masalahku itu.
Itulah yang telah dilakukan pribadi ini ruang, ketika dia rapuh, dia malah mencoba mencari kesempurnaan dari orang lain. Hingga tampaklah semua hal buruk tentangnya yang membuat kita jengah, dan kehilangan kekaguman terhadapnya. sayang sekali..
Untuk dia aku hanya berpesan ruang,
"Maafkan aku, kalau aku kehilngan simpati terhadapmu.. aku sudah memberi kesempatan, tetapi kau menyia-nyiakannya. Cobalah sembuhkan semuanya dulu, dan datangilah pribadi yang lain ketika kau benar-benar mampu me-manage diri dan mengatur hati. Jangan pernah mencari tempat pelarian dan perlindungan, karena sebaik-baik pelindung itu tidak ada di makhluk akan tetapi adanya di Tuhan"
Ruang, pribadi selanjutnya ku kenal dari seorang teman, aku hanya ingin mengenalnya dan mencoba bercengkrama seadanya, bercerita sama rata dan berbahagia seadanya, layaknya teman. Tetapi, dia juga sedang rapuh ternyata, Allah mengujinya dengan cara yang lain, ia sakit, dan sakit itu telah merenggut waktu dan kebahagiaanya selama hampir setahun terakhir.
Itulah ruang, hasil jelajahku ketika aku pergi meninggalkanmu dan merasa baik-baik saja, dan inilah cerita yang kubawa untukmu malam ini ruang. Dan pada endingnya aku ingin mengatakan padamu ruang, kalau Allah sedang menunjukkan hikmah demi hikmah dari masalah yang sudah dia takdirkan untuk kuemban dan kujalani dengan ikhlas dan lapang dada. Tuhan menunjukkan keadilannya dan seoalah berkata bahwa, bukan aku satu-satunya hamba yang dia beri coba, akan tetapi banyak hambanya yang lain yang kini juga sedang dirundung duka, terkena masalah, dikecewakan, direnggut kebahagiaannya, dan sudahpun kehilangan jati diri hanya karena coba yang mereka hadapi.
Lalu akupun hanya ingin berucap syukur pada Allah ruang, bahwa ternyata aku lebih kuat, aku lebih bijak menyikapi, dan aku lebih dibukakan mata untuk melihat jauh ke pribadi yang lain dan mencoba memberi waktu dan ruang buat mereka bercerita.
Ya Allah, terima kasih atas hikmah ini. Sudah saatnya hamba bangkit dan tidak terpuruk lagi, sudah saatnya hamba berbuat dan tidak diam lagi, sudah saatnya hati dan fikiran ini dialihkan dari rasa kecewa dan kesedihan, sudah saatnya aku bersemangat dan mencoba membenahi semuanya. Ya Allah beri hamba kekuatan dan tuntunlah langkah hamba setiap desahan nafas hamba. Amin..
5/3/09
Aku Ingin Menjadi Bijak
bijak dalam menyikapi persoalan yang kerap hadir dalam hidupku
Saat ini aku seperti kehilangan kalimat-kalimat bijak yang sering kulontarkan kala aku aku ataupun para sahabatku menemuni kesulitan dalam hidupnya. Aku yakin, sifat itu akan kembali, aku akan menjadi seorang pribadi yang mempunya banyak kalimat-kalimat bijak. buat ku menasihati diri, buatku jadikan sebagai pelajaran berharga dalam meniti hari yang masih DIA sisakan.
Episode Penyembuh Luka
"aku menyesal karena pernah mengenalmu"
Tidak,,
Aku tidak akan mengatakan itu, karena setiap pertemuan itu terjadi pasti karena kehendakNYA, meski mungkin saat ini aku begitu menginginkan untuk dipertemukan dengan orang yang begitu baik dimataku, namun itu tidak akan pernah terjadi jika yang di atas tidak berkehendak untuk pertemuan itu. Justru aku berterima kasih, berterima kasih atas segala yang pernah kita jalani bersama, berterima kasih karena ada perubahan yang terjadi denganku kini, perubahan yang sulit kulawan dan kutindak lanjuti, perubahan yang meruntuhkan mimpi dan akal sehatku, perubahan yang menciptakan sedikit penyimpangan atas jalan lurus yang telah kurintis selama bertahun-tahun. Perubahan yang telah membuat sedikit kelabu mataku, yang tidak lagi mampu menatap warna indah pelangi, warna indah biru laut dan langit, dan warna kerlip bintang yang seketika sering membuatku terkagum-kagum akan kebesaran pencipta yang maha mampu untuk melakukan semuanya.
Aku bersyukur, kita telah dipertemukan, aku bersyukur karena engkau telah menambah koleksi pribadi yang membuatku terluka, kecewa, dan aku yakin kalau aku akan bangkit dari semuanya, aku yakin kalau apa yang telah terbentang dihadapan kita saat ini akan membuat aku semakin kuat dan semakin bijak dalam melangkah dan menentukan arah perjalananku berikutnya.
Aku tidak akan mempertanyakan lagi, dari apakah hatimu diciptakan, tentu Allah telah menciptakanmu dari sebaik-baik penciptaaNYA, hanya saja engkau menutupi semua baik itu dengan warna gelap yang engkau kumpulkan dan telah kau abadikan untuk menjadi ciri dari pribadimu yang lembut namun menusuk dan mampu membuatku terkulai lemah tak berdaya dengan laku dan tindakan lembut itu.
Aku bersyukur telah mengenalmu, aku bersyukur telah menghabiskan banyak waktu denganmu, aku bersyukur bahwa kau telah mampu menyentuh hatiku yang sempat beku selama sekian lama, aku bersyukur karena kau telah mampu membuatku menangis selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan 4 minggu dalam sebulan, dan ini sudah 2 bulan air mata itu tumpah, entah kenapa belum juga ia kering, aku tidak tau kenapa aku mempunya i begitu banyak stok air mata buat kamu, aku gak tau kenapa aku menjadi seseorang yang begitu lemah dan tidak berharga, bahkan untuk diriku sendiri aku merasa bahwa, aku demikian terpuruknya dan menganggap semuanya tidaklah penting lagi dalam hidupku setelah kejadian itu.
Pun, demikian, aku masih tetap bersyukur, dan aku yakin akan ada matahari setelah redanya hujan, akan ada bintang setelah berlalunya awan, dan akan ada pelangi yang tercipta dari perebutan antara awan dan matahari. Aku yakin akan ada tawa setelah tangisan yang begitu lama, aku yakin akan ada tulus hati yang sebenarnya, bukan tulus hati dengan rekayasa seperti yang pernah engkau tawarkan dalam hidupku.
Aku berterima kasih, pada waktu, pada kesempatan, pada Tuhan, pada setiap tatap mata yang iri melihat kebersamaan kita beberapa waktu yang lalu, aku berterima kasih pada hari dan malam yang telah menciptakan damai buat kita, aku berterima kasih pada derai hujan yang pernah menghampiri kebersamaan kita, aku berterima kasih pada setiap tempat yang pernah menjadi saksi kebersamaan, kebahagiaan, tawa, janji dan airmata kita.
Aku berterima kasih pada derai ombak yang telah menyambut kedatangan kita disetiap senja waktu itu, aku berterima kasih pada kicau burung yang seakan iri melihat kita tertawa-tawa bersenda menikmati bahagia, aku berterima kasih pada kerling bangau disebuah tempat yang kita kunjungi sebanyak 2 kali, aku berterima kasih pada sebuah restoran tua dibilangan kota kita, yang memperdengarkan pertama kali lagu yang bertemakan "ular berbisa" dan "pengkhianat cinta" setelah hampir setahun ku tak lagi terlalu mengikuti perkembangan musik di negeri kita.
Pun aku berterima kasih pada desir angin pantai yang membuat bunyi gemerisik di daun cemara, di pinggir pantai kala kita kerap menghabiskan jam makan siang disana, aku berterima kasih pada sebuah tempat kala pertama kali kita bertengkar hebat, malam terakhir aku berada di kota itu, dan pertama kali aku tau kalau kamu ingkar atas semuanya. Aku berterima kasih telah kau temani aku, menjalankan sebuah pekerjaan di pulau kecil indah, disana kita sempat bercengkrama dan mengucap janji setia.
Kamu tau??
Dulu semua tempat itu begitu indah dimataku, karena kamu telah membuatnya indah, kamu telah membuat semua makanan terasa lezat untuk kunikmati, kamu telah membuat derai ombak yang saling kejar-kejaran, saling mendahului mencapai bibir pantai terlihat begitu memukau, kamu telah membuat semua senyum dan semua mata terasa ramah dan bersahabat dimataku, kamu telah membuat semua alunan suara terasa merdu ditelingaku, kamu telah membuatku memutuskan untuk cuti bekerja, menghindar dari teman-teman dan komunitasku karena aku hanya ingin kita bersama menghabiskan sisa-sisa hari yang ku jalani di kota ini.
Kini semua bentuk keindahan itu telah berlalu la..
Seiring dengan berlalunya kamu dari hidup aku..
Dan akupun memutuskan untuk menutup mata atas segala bentuk keindahan
Setelah kepergianmu dari hidup aku la..
Biarlah waktu yang menjawab semuanya la..
Biarlah waktu yang menyembuhkan semuanya..
Dan
Biarlah waktu yang memberikan penawar atas cacat hati yang telah kau ciptakan
Kini akupun sudah tidak perduli lagi dengan semuanya..
Aku tidak perduli
Semoga malam ini, menjadi akhir dari ceritaku tentang kamu la..
dan semoga esok aku bisa memulai episode baru dalam hidup aku
Episode penyembuhan luka dan bangkitnya aku dari keterpurukan ini.
Semoga
4/30/09
Aku Ingin Sendiri
Benar, aku tidak butuh kamu, pun aku tidak butuh dia, aku tidak butuh sahabat, aku tidak butuh teman dekat aku tidak butuh.. apapun namanya yang pantas untuk menyebutmu, dia, dan siapapun.
Maaf saat ini aku hanya ingin fokus menjalani hari-hariku disini, di pulau kecil ini, mengukir mimpi yang sesaat lagi akan menjadi nyata, semoga.
Sesungguhnya hidupku lengkap sudah, aku punya Tuhan yang selalu setia, mendengar setiap keluh kesah, derai air mata, pinta yang tidak putus-putusnya, kesyukuran, keluhan, penderitaan, DIA pemberi segala solusi untuk semua masalahku, dia pereda amarah ketika aku galau dan dikecewakan, Hanya DIA.. Bukan kamu, bukan dia dan bukan siapapun.
Sesungguhnya hidupku lengkap, karena ada kedua orang tua yang selalu memberiku support, mencurahkan seluruh perhatian dan tetes keringatnya hanya untuk membuatku tersenyum, mengajariku makna hidup yang membuatku tetap bisa berdiri tegak, mengajariku tentang kerendahatian dan hidup bersahaja, mengajarkanku tentang perjuangan hidup yang sesungguhnya..
Sesungguhnya hidupku lengkap, aku punya banyak teman yang selalu membuatku mampu tertawa, punya teman yang selalu membagi ceritanya denganku, sehingga bisa kutarik pelajaran dari pengalaman pahit dan manisnya hidup yang mereka jalani, meski aku tidak melakukan yan sama terhadap mereka...
Maka, biarkanlah,, biarkanlah aku sendiri, tidak perlu datang lagi, jangan usik aku lagi, aku hanya ingin menlajani semuanya tanpamu lagi.. semua kenangan yang berhubungan denganmu terlalu menyakitkan, engkau tidak pantas untuk sebutan apapun dariku, tidak teman, tidak sahabat, tidak pula siapapun, jikapun suatu saat engkau menyaksikanku terjerembab, tepat dihadapanmu, anggaplah kita tidak pernah saling kenal, karena akupun akan memberi anggapan itu terhadapmu.
4/21/09
Karena Cinta Sejatiku Telah Menghilang
Maafku untuk setiap pribadi yang hadir kini, maaf karena aku membiarkan kalian datang dan pergi di kehidupanku.
Maafkan...
Karena kalian hanya bermanfaat sebagai pengobat sepiku buat sementara waktu. Selebihnya galau itupun datang lagi, karena sebenarnya damaiku sudah dibawa pergi.
Kalian hanya bisa sebagai penawar sementara, bukan sebagai penyembuh luka yang mampu memulihkanku dari cacat hati yang telah dibuat oleh mereka yang lebih dulu hadir sebelum kalian..
Maafkan..
Aku hanya ingin berjalan apa adanya, bernafas sebisanya, bersikap biasa saja, tidak menganggap kalian musuh, pun tidak menganggap kalian teman spesial, tidak pula mengusir kalian dari kehidupanku, tidak juga mengundang kalian untuk meramaikan sepiku..
Tampillah apa adanya dihadapanku, akupun akan tampil apa adanya pada kalian, bersikaplah sewajarnya terhadapku, akupun akan memberi penghargaan terbesarku untuk sikap kalian itu. Tidak perlu berpura-pura, karena kepura-puraan hanya akan menimbulkan kelukaan, jangan berbelahkasih, karena aku paling membenci sikap belas kasih dari siapapun juga. Aku cukup mampu mengendalikan dan mengarahkan hidupku kemana, aku tau mana yang terbaik dan yang tidak baik untuk kulakukan. Tidak usah khawatir untuk itu, akan tetapi ijinkan aku berterima kasih untuk perhatian itu.
Ingat,,, setiap orang punya alasan untuk jalan hidup yang ia lakoni, kita hanya perlu menghargai dan mengerti itu, tidak perlu berbelas kasih, sesungguhnya setiap orang hanya perlu dimengerti, bukan dikasihani, dimusuhi dan dikucilkan.....
Akupun demikian, jika kukatakan kalau aku tidak butuh kalian, mungkin aku akan terkesan sombong, akan tetapi bukanlah begitu maksduku. Pointku tidaklah terletak pada kalimat itu. Aku akan mengatakan bahwa aku tidak butuh kalian jika kalian hanya bisa mengata-ngatai tanpa mengerti posisi yang harus kulakoni dan kujalankan saat ini.
4/19/09
Maafkan....
Bukan salahku jika sekarang aku bersikap demikian terhadapmu, karena aku bukan type yang selalu mampu mengikuti lika-liku yang engkau ciptakan dihadapanku. Bagiku, semuanya bisa dibuat sederhana, jika kamu bisa memandangnya sederhana, akan tetapi engkau telah membuatnya sedemikian sulit hingga jalan itu seakan tidak tersedia bagimu. Padahal aku sudah memberi peluang itu buatmu, sengaja kupersiapkan jauh-jauh hari disela padatnya jadwal perjalanan yang harus aku lakukan saat itu. Sengaja ku luangkan waktu buat kamu, agar segala maksud dan tujuan yang ingin engkau sampaikan mampu kucerna dengan akal sehatku, dan bisa kupertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Agar jikapun Allah menakdirkan kita untuk berjalan beriringan ku hanya ingin itu merupakan hasil pertimbangan yang benar-benar matang. Sebuah keputusan yang tidak diambil dengan tergesa-gesa.
Maafkan aku, saat ini aku benar-benar tidak ingin memikirkannya. Aku sudah mempersiapkan waktu buat kamu, tapi kamu sudah menyia-nyiakannya. Maafkan untuk kesempatan yang tidak mungkin akan kuberi ulang. Saat ini, aku benar-benar hanya ingin fokus pada apa yang sedang aku jalani. Bukan karena kamu siapa, dan bagaimana kondisimu saat ini. Jujur aku tidak pernah melihat latar belakang, dan kondisi fisik seseorang, aku tau kekurangan yang ada padamu saat ini, benar-benar telah meruntuhkan segala nilai kebanggaan yang engkau punya. Namun, aku tidak pernah memikirkan itu, aku pernah benar-benar mempertimbangkanmu tanpa memandang status apa yang engkau sandang. Aku tidak pernah menganggapmu rendah, walau saat ini engkau tidak mampu berjalan sempurna lagi. Yach, peristiwa 5 tahun yang lalu, telah mengakibatkan engkau kehilangan sebelah penyangga tubuhmu untuk bisa berjalan sempurna.
Begitupun, aku masih saja setia menemanimu sebagai sahabat yang siap menghibur setiap saat, siapa sangka jika akhirnya engkau menginginkan untuk lebih daripada itu. padahal dulu, ketika signal itu kuberikan, engkau selalu menanggapinya dengan dingin. Kini ketika, aku sudah menentukan jalanku sendiri, ketika aku belum sembuh benar dari luka yang dicipta oleh seseorang yang selalu keceritakan padamu dulu, tiba-tiba engkau datang dengan maksud lain..
Kaget, itulah ekspresi yang tergambar diraut mukaku ketika mendengar pengakuan itu. Kenapa baru sekarang?? kenapa??
Tapi, buat apa kupertanyakan lagi, toh inilah kenyataan, mau tidak mau, dia datang dihadapan kita saat ini, tapi jauh di lubuk hatiku entah kenapa aku begitu sedih mendengar pernyataan itu, sedih karena aku tidak bisa memberikan porsi yang sama atas apa yang engkau berikan, sedih karena apa yang pernah kita jalani, penuh dengan warna murni, kini harus terkotori oleh keinginan yang seharusnya tidak pernah ada, sedih karena saat ini akupun tidak lagi berada pada keinginan itu, aku benar-benar telah tidak ingin memikirkannya lagi. Namun, yang paling aku sedihkan adalah karena aku tau engkau akan merasa kecewa atas sikapku, tapi lagi-lagi kita harus sadar bahwa kita berhak membuat pilihan atas segala yang kita inginkan dalam hidup kita.